Selasa, 4 September 2012
Bacaan Setahun : Yehezkiel 28-30 Nats : Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu. (Amsal 19:17) |
|
Bacaan : Amsal 19:11-20
Tuhan kiranya membalas kebaikan Anda berlipat ganda, " kira-kira
begitu kalimat yang mengikuti ungkapan terima kasih orang yang pernah
saya bantu. Saya tidak ingat kapan Tuhan "membalas" kebaikan itu secara
spesifik, namun salah satu ayat yang kita baca hari ini membuat saya
terdorong merenungkan hal ini. Apakah ketika saya berbuat baik, Tuhan
jadi "berutang" pada saya, dan harus membalas kebaikan saya?
Seorang pendeta mengingatkan saya bahwa salah satu pengajaran dasar
kitab Amsal adalah: Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan
janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Amsal 3:5). Bersukacita
memberikan milik kita, entah uang, waktu, atau tenaga, kepada orang
yang membutuhkan ialah tindakan yang menunjukkan bahwa kita memercayai
Tuhan yang mencukupi kebutuhan kita, sekalipun yang kita miliki
berkurang karenanya. Kita tidak khawatir; yakin bahwa Tuhan senang
memelihara anak-anak-Nya. Di sisi lain, menaruh belas kasihan
menunjukkan sikap tak bermegah atas kelemahan orang lain; tahu bahwa
kita sama-sama harus memercayakan hidup kepada Sang Pencipta; kita tidak
lebih baik dari mereka.
Jelas tidak ada bagian Alkitab lain yang mendukung jika motivasi kita
berbuat baik hanyalah untuk menagih berkat lebih dari Tuhan. Itu
artinya kita hendak mengatur Tuhan bagi kepentingan kita sendiri. Namun,
saat berbuat baik kepada yang lemah kita lakukan sebagai tindakan iman,
Tuhan akan menunjukkan bahwa Dia memang Tuhan yang layak dipercaya. Dia
"membalas" tindakan iman itu karena Dia senang ketika kita,
anak-anak-Nya, memercayakan hidup pada pemeliharaan-Nya yang sempurna.
--LIT
Renungan Harian
diambil dari sabda.org |
Comments
Post a Comment