Kesaksian - Siapa yang kasih?

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. (Mazmur 1:1-3)

Banyak hal yang terjadi dalam 2 bulan terakhir ini.
Pertama ke"galauan" hati yang tidak jelas karena orang-orang di sekitar memiliki pandangan-pandangan yang berbeda. Banyak tekanan-tekanan yang terjadi. Permintaan-permintaan yang berbeda-beda yang harus dilakukan karena pada kenyataannya hal tersebut memang harus dilakukan. Bukan hanya permintaan, banyak juga cemooh-cemooh yang harus diterima saat itu. Namun, banyak juga dukungan-dukungan yang membenarkan hal-hal yang memang sudah dijalani bahkan sanggat mensupport apa yang telah saya jalani.

Kedua, perkataan seseorang, yang menyebabkan hati yang bingung untuk terus menjalani aktifitas membagikan cerita dan pengalaman. Apakah salah jika membagikan hal-hal ini? Kalau gitu, saya harus gimana donk? Apa yang harus saya lakukan sementara saya rindu untuk membagikan kisah Kasih ini?

Ketiga, pengujian hati yang luar biasa, yang menimbulkan pengharapan. Grafik usaha yang menurun drastis. Hingga membuat pikiran menjadi kalut dan hampir-hampir menyangkal Kuasa Tuhan. Yang hampir-hampir membuat mata tertutup untuk melihat pelangi-Nya.

Hari itu, sedikit kejadian yang menyebabkan kepahitan di dalam hati. Merasa tertuduh dan tak dianggap. Merasa terhina, hancur, dan seolah ingin sekali mengakhiri segalanya. 

Suatu hari, karena merasa keadaan ekonomi yang pas-pas an, saya diminta untuk bekerja dengan orang lain. Saya tidak mau, karena saya percaya bahwa usaha yang sedang saya jalani ini merupakan usaha yang diberikan Tuhan. Hasilnya juga gak kecil-kecil amat. Cukup lah buat makan sehari-hari, yah meskipun tabungan masih saja nol. Saya percaya bahwa usaha ini suatu hari nanti akan menjadi usaha yang luar biasa dan dapat menjadi kesaksian yang memuliakan nama Tuhan Yesus. Namun, tanpa persiapan rohani yang cukup saat itu, saya mendapat banyak sekali pukulan yang membuat saya terjatuh. Dari segi emosi, relasi, hati, dan iman saya sungguh dibuat kacau. Akhirnya saya pun tanya pendapat beberapa orang sahabat. Banyak pandangan-pandanga yang mereka berikan. Namun satu hal yang saya lewatkan. Saya tidak bertanya kepada Tuhan Yesus saat itu. Kemudian dengan emosi yang tidak stabil, saya langsung mencari pekerjaan dengan menanyakan apakah ada lowongan kerja kepada beberapa sahabat saya. Namun hati saya merasa, saya tidak perlu untuk bekerja dengan orang lain. Hubungan saya dengan orang-orang terdekat saya pun mulai kacau. Saya pun tidak menggunakan mata iman saya lagi. Karena tekanan-tekanan yang begitu membuat kehidupan saya kacau, saya baru mencari Tuhan Yesus. Luar biasa, Dia ada, walaupun saya sempat melupakan-Nya, ternyata Dia tetap ada di samping saya. Saya sungguh terluka dengan perkataan-perkataan yang dikeluarkan oleh orang-orang yang sangat saya kasihi, saya meminta kepada Tuhan Yesus untuk memulihkan saya. Saya tidak mau menyimpan akar pahit di dalam hidup saya.  Dalam rasa hancur hati itu, hanya air mata dan isak tangis yang menemani. Teriakan minta ampun, minta tolong, sore itu. Sangat luar biasa, Tuhan membuat semuanya menjadi luar biasa. Saya mampu mengampuni dan mengasihi mereka.  Saya juga bertanya kepada Tuhan Yesus, sesungguhnya apa yang harus saya lakukan? Saya kembali diingatkan kepada Lirik lagu 'Yang Kupercaya - Edward Chen' yang saya simpulkan adalah "Jangan takut untuk melangkah karena Firman Tuhan mengajarkan kita untuk percaya!".

Kemudian, saya pelan-pelan menjelaskan hal-hal yang saya alami ini kepada orang-orang yang saya kasihi. Akhirnya mereka mau menerima usaha yang sedang saya jalani ini. Saya pun dengan mantap menjalaninya kembali. Namun sesungguhnya saya tahu, keinginan mereka adalah tetap, saya harus bekerja dengan orang lain. Untuk itu saya mau membuktikan bahwa usaha yang saya jalani ini adalah usaha yang diberikan Tuhan Yesus kepada saya dan melalui usaha ini saya bisa membuat nama Tuhan Yesus lebih dipermuliakan. 

Tidak sampai di situ, suatu hari saya mendengar seorang pembina berkata, ''gak perlu lah update-update status seperti itu. seolah-olah kita ini orang suci. orang kudus..." Jujur saja, saya sedikit merasa tersinggung dengan perkataan ini (meskipun tujuannya gak ke saya. Maaf sedikit GR hehehe..). Karena, saya bingung, ketika saya membagikan hal-hal ini saya melihat beranda saya dipenuhi dengan ucapan-ucapan syukur dari sahabat-sahabat saya yang ada di Facebook, yang semulanya dipenuhi dengan kata-kata GALAU. Kalau cara ini salah, mengapa banyak orang yang awalnya menggerutu namun pada akhirnya mereka memilih untuk bersyukur dan berserah kepada Tuhan? Namun yang saya syukuri, saya sama sekali tidak menyimpan dendam dengan hal ini dan malah hal ini menjadi sebuah kesaksian bagi saya. Saya pun lebih bersemangat untuk terus menulis hingga hari ini. Artikel-artikel dari berbagai sumber sudah lebih dari 100 dan hari ini penayangan sudah  melebihi 2000 (belum ada 1 bulan). Saya juga merasa bahwa ketika kita menjadi Online Misionaris bukanlah suatu hal yang membuat kita terlihat menjadi orang yang kudus. Ketika mau membagikan sesuatu, kita terlebih dahulu membaca, merenungkannya bahkan merasakannya baru bisa membagikannya. Menurut saya untuk mencapai semuanya harus melalui banyak praktek dari teori-teori perenungan itu yang justru berat untuk dijalani hingga kehidupan ini bisa menjadi kesaksian yang luar biasa untuk Kemuliaan-Nya.

Terajdilah hal yang luar biasa hingga menjadi pukulan. Banyak teori-teori yang terlihat gampang namun ternyata penjalanannya membuat iman terombang-ambing. Perlahan grafik usaha yang saya jalani turun, semakin hari semakin menurun drastis. Saya pun kembali ditawarkan untuk bekerja dengan gaji yang lumayan besar dengan pekerjaan yang lumayan santai. Saya kembali lagi digoyahkan. Namun, secara luar biasa, malam itu saat kami (tiga orang pengelola) mau menutup pintu karena sudah sepi..
-- Saya terus berbicara dan terus berbicara.. Namun saya terpukul dengan perkataan saya sendiri. Tentang, bagaimana modal yang sangat kecil ini dapat membuka usaha yang membutuhkan modal yang besar? "Kalau bukan Tuhan Yesus, siapa yang kasih?" Dari awalnya hanya satu mesin, kemudian menjadi tiga, kemudian terjadi perubahan yang membuat semuanya berubah hingga saat ini telah memiliki 5 mesin. Saya kembali bertanya "Kalau bukan Tuhan Yesus, siapa yang kasih?" Tidak berhenti sampai ke situ, saya kembali mengungkit masalah ekonomi dan tabungan yang jika secara realita dilihat, mana mungkin bisa membuka usaha ini? Saya kembali bertanya "Kalau bukan Tuhan Yesus, siapa yang kasih?" --
Saya merasa sangat terpukul di dalam hati saat mengatakan hal-hal ini, karena saya merasa bahwa saya telah melakukan kesalahan, yaitu tidak percaya dengan karya Tuhan di dalam hidup saya. Saya menyadari bahwa iman saya sedang diuji bahkan saya sedang dihukum. Malamnya saya berdoa dan meminta ampun. Saya membuat komitmen, bahwa (saat itu kemarau hingga air pam tidak keluar dan saya sering mengangkat air untuk mandi) ''hujan belum turun, maka untuk itu tidak ada pelangi saat itu dan air pam gak keluar. Namun ketika hujan itu turun, dengan jelas pelangi itu akan muncul kembali dan saya gak perlu angkat air lagi.''

Saya bersyukur, Tuhan begitu mengasihi saya. Tuhan mengirimkan beberapa orang sahabat yang mengajarkan saya untuk DISIPLIN dan untuk menjadi KEPALA bukan ekor. Puji Tuhan, perlahan Tuhan mengembalikan usahaku kembali seperti sedia kala. Hanya butuh kesabaran dan iman yang teguh agar janji Tuhan tergenapi di dalam kehidupan kita.

Dari ketiga hal ini, saya banyak belajar. Mazmur 1:1 ini membuka mata saya. Saya bisa melihat, siapakah orang-orang yang menasihati saya serta dimanakah saya menempatkan posisi saya saat ini. Mazmur 1:2 mengajarkan saya untuk tetap setia dengan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Mazmur 1:3 ini merupakan janji Tuhan yang pasti akan terjadi (seperti pelangi sehabis hujan) di dalam kehidupan setiap orang yang melakukan perintah-Nya di dalam Mazmur 1:2. (SAC~)

Comments