Voice FGBMFI - Unlimited Growth

Iwan Sunito, Sydney

Saya terlahir di kota Surabaya dan dibesarkan selama 12 tahun di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah karena papa tinggal dan merintis bisnisnya di Pangkalan Bun. Di Pangkalan Bun kami tinggal di sebuah rumah yang berada di atas air, sehingga saya bisa mandi dan berenang kapan saja saya mau. Bukan berenang di kolam berenang, melainkan berenang di sungai. Bahkan jika saya tidak berhati-hati, bila saya keluar rumah pada malam hari, sya bisa tercebur ke dalam air (baca = sungai, red). Pangkalan Bun sangat terkenal dengan tempat rehabilitasi orang utan, sehingga Julia Robert bintang film Pretty Woman juga pernah mengunjunginya. Kami tinggal di dalam suatu komunitas masyarakat yang sangat sederhana. Orang tua saya sebenarnya belum Kristen, tapi mereka memperbolehkan kami pergi ke gereja yang di gembalai oleh Pendeta Abdisaputra yang ada di belakang rumah. Selama saya sekolah SD di Pangkalan Bun, saya merasa kesulitan. Ketika saya masih bersekolah, sejak masa SD, saya selalu nyaris tidak naik kelas. Ketika kelas 6, teman-teman saya lulus, tetapi saya lolos, karena nilai saya pas-pasan.

Setelah saya menyelesaikan pendidikan SD dengan susah payah, saya dikirim ke Surabaya untuk melanjutkan pendidikan di sana karena kebetulan mama berasal dari Surabaya. Di Surabaya, saya juga mengalami masalah dengan pendidikan saya. Kelas dua SMA saya sempat tidak naik kelas.

Setelah saya tidak naik kelas, pada akhir tahun, karena ingin refreshing, saya pergi ke Bali bersama teman-teman. Di Bali saya mengendarai sepeda motor saya di freeway, dan menabrak sebuah truk tangki yang besar. Sepeda motor saya tinggal separuh dan saya pun mengalami koma selama lima hari di rumah sakit. Wajah saya hampir tidak dapat dikenali lagi karena penuh dengan luka-luka dan bengkak. Tulang saya juga patah di beberapa tempat.

Saat itu Ayah masih berada di Pangkalan Bun datang kepada Gembala Gereja di mana saya dulu sering beribadah. Ayah menangis dan mengatakan kalau bukan karena pertolongan Tuhan, saya pasti sudah meninggal dunia atau setidaknya cacat. Tetapi ternyata pertolongan Tuhan terhadap saya tidak hanya sampai di sana.

Setelah saya pulih, saya kembali mengulang kelas dua sampai naik kelas, dan kemudian saya pindah dan meneruskan kelas tida di Sydney. Setelah lulus dari SMA (High School) saya meneruskan di University of New South Wales, mengambil jurusan arsitektur. Saya belajar lebih sungguh-sungguh, dan terjadi sedikit peningkatan terhadap nilai pelajaran saya. Tetapi meskipun demikian, peningkatan tersebut sangat sedikit dan tidak sesuai dengan yang saya harapkan.

Beberapa saat kemudian, kekasih saya yang sekarang telah menjadi istri saya, mulai menginjili saya untuk benar-benar menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat pribadi saya. Pada tahun ke-empat, yaitu kurang lebih tahun 1990, saya mengalami lahir baru dan menerima Roh Kudus. Ada perubahan yang drastis setelah saya menerima Tuhan Yesus secara pribadi. Sejak tahun keempat itu nilai saya selalu pada berada pada peringkat pertama di setiap semester. Sampai akhirnya saya menyelesaikan kuliah dengan baik dan meraih penghargaan sebagai the best designer. Selain itu saya juga mendapat honours degree jurusan Bacehelor of Architecture. Setelah itu saya melanjutkan pendidikan  ke master of Construction Management, kemudian saya bekerja dengan salah satu perusahaan Arsitek terkenal di sana. Tahun 1994 saya mulai merintis sendiri usaha pertama di bidang arsitek.

Dengan keterbatasan bahasa Inggris dan relasi bisnis yang terbatas, saya melihat tantangan yang sangat besar. Tuhan memberikan Firman-Nya di dalam Yosua 1:7-9 menjadi pegangan bagi saya. Yosua mempunyai arti "Tuhan yang menyelamatkan".

Proses perkembangan pembangunan bisnis arsitek di tahun 1994 - 1997 sangat rendah. Walaupun peningkatan keuntungannya cukup besar, sekitar seratus lima puluh persen per tahun pada waktu itu, tetapi turn over nya kecil sekali. Baru pada tahun 1997, terdapat titik balik berikutnya dalam kehidupan saya. Tahun 1997 FGBMFI Indonesia melalui tim pelayanan yang dirintis oleh Bapak Benny Suryadi (alm.) dan Jakarta Tomang Chapter (Bpk. Ardian Kristianto, Bpk. Rudy Sirapandji, Bpk. Eppy Kartadinata dan Bpk. Gunawan Handoyo dan team inti mereka) mulai membantu perintisan Full Gospel di Sydney. Saya mulai terlibat aktif di sana. Keuletan dan kegigihan tim ini dalam melayani menjadi inspirasi bagi saya. Karena saya melihat, kok bisa orang yang sudah berhasil masih bisa begitu mencintai Tuhan. Karena saya dulu mempunyai cara pandang di mana orang tidak akan bisa berhasil dalam bisnisnya kalau tidak menjadi orang yang 'ngawur' atau menyimpang, dan biasanya orang yang sudah berhasil tidak akan bisa dekat kepada Tuhan. Jadi melihat semangat mereka yang begitu berapi-api dalam melayani Tuhan dan kecintaan mereka terhadap Tuhan yang begitu luar biasa, membuat saya mempunyai sebuah wawasan yang baru, yaitu bahwa 'orang yang sudah berhasil ternyata masih bisa cinta Tuhan'. Mulai dari situ saya terpacu dan melalu Full Gospel saya mulai banyak berkenalan dengan gembala-gembala Gereja dan hamba-hamba Tuhan lain sehingga membuat saya begitu menghargai pergerakan Tuhan di Gereja-gereja yang lain dan mendapatkan wawasan-wawasan yang baru.

Kemudian saya ditunjuk sebagai President Chapter selama lebih kurang dua tahun, dan setelah itu menjadi Field Representative. Bersama pimpinan Full Gospel Indonesia di Australia, Bapak Gunawan Satyadarma dari Perth, kami melihat pertumbuhan chapter-chapter mulai terjadi dengan luar biasa pesat.

Sebenarnya bukan hanya Chapter yang bertumbuh, karena pada saat yang bersamaan juga terdapat pertumbuhan dan pergerakan di dalam diri saya. Saya merasakan hal-hal yang luar biasa di mana Full Gospel mulai multiplikasi dari satu chapter menjadi sembilan chapter.

Tahun 2002 kami mengadakan acara natal bersama Gereja-gereja yang dihadiri oleh 3500 orang. Pada saat itu di Sydney terdapat sekitar 30.000 orang Indonesia.

Terjadi terobosan dan pergerakan rohani yang luar biasa. Gereja mendukung acara ini total karena melihat Full Gospel sebagai badan yang netral.

Acara-acara Full Gospel kami diteruskan dengan acara pertahunan di NSW Parliament house dan tamu yang datang adalah termasuk Gubernur New South Wales, Bob Carr dan beberapa menteri. Ini adalah hal yang pertama kalinya tingkat pemimpin papan atas seberti Gubernur Bob Car bersedia membuka suatu acara yang diadakan orang Indonesia.

Hal ini pun membuat Full Gospel Australia menjadi Full Gospel kita yang bernaung dibawah FGBMFI Indonesia sebagai model, karena mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.

Pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2004, merupakan 7 tahun yang mempunyai memori yang indah selama saya terlibat di Full Gospel. Saya banyak sekali mengalami restorasi rohani. Saya dibangkitkan dalam hal wawasan, pikiran, cara bekerja, dan menghargai pergerakan-pergerakan Gereja-gereja lain.

Seiring dengan saya melayani di Full Gospel, perusahaan property kami Crown International Holdings Group mulai bergerak. Pada tahun 1997, Tuhan buka jalan dan kami menangani Proyek Property Development yang pertama, gedung high rise di salah satu tempat mewah di Sydney.

Di dalam kesibukan kita membangun bisnis dan melayani di Full Gospel, Tuhan memberikan janji-Nya di dalam hidup kami "Engkau membangun Rumah-Ku, Aku akan membangun rumahmu. Kau bangun pekerjaan-Ku, Aku akan bangun bisnismu".

Tuhan genapi janjinya sehingga Crown Group diberikan anugerah Tuhan untuk berkembang pesat sekali sehingga dalam waktu 15 tahun, perusahaan ini diberkati dengan "pertumbuhan yang tanpa batas".

Pada tahun 2010, Koran Australian menulis Crown sebagai '3 Developer terkenal ...yang mengembangkan lebih dari Rp 10 Triliun proyek' Di tahun berikutnya Majalah Australian edisi 19 Agustus 2011 menuliskan bahwa Crown Group '...becoming one of Sydney's biggest and fastest-growing residential apartment'

Pada tahun 2012, Tuhan mempercayai Crown Group untuk mengembangkan proyek apartmen dan pusat perbelanjaan di Sydney dengan skala proyek yang saya tidak pernah bayangkan dalam hidup saya. Kami juga pernah mendapatkan kehormatan Perdana Menteri John Howard membuka proyek kami.

Perkembangan bisnis dan pelayanan yang begitu dahsyat adalah anugerah dan pemberian dari Tuhan. Yang penting adalah kita bekerja semaksimal mungkin, belajar untuk selalu setia dalam melayani bersama Tuhan. selalu cinta Tuhan, dan pada saatnya, semuanya akan diberikan kepada kita.

Kalau ada satu pesan yang saya bisa bagikan kepada teman-teman di Full Gospel yang saya cintai dan hargai, adalah kita harus merubah paradigma hidup kita. Dari orang yang berkata :

'I AM NOT THE ONE
AND THIS IS NOT MY TIME'
(saya bukan orangnya, dan ini bukan waktu saya, red)

menjadi :

'I AM THE ONE,
AND THIS IS MY TIME'
(saya adalah orangnya, dan ini adalah waktu saya, red)

Seperti saat Tuhan berkata kepada Sara bahwa Tuhan akan memberinya keturunan, Sara berkata bahwa ia telah tua. Hal itu sama seperti ia berkata 'I am not the one, and this is not my time'.

Hidup saya secara sederhana saya lihat adalah sebuah proses perubahan.

Dari orang yang berkata
'I am not the one, this is not my time menjadi I am the one, this is my time'

Selama di SD, SMP, dan SMA saya merasa saya adalah orang yang bodoh dan tidak mampu, karena memang hasil pelajaran saya di sekolah menunjukkan bahwa saya memang seperti itu. Tetapi ketika saya benar-benar mendapatkan Tuhan Yesus di dalam hidup saya, di saat itu Tuhan mengubah wawasan saya menjadi 'Tuhan mau pakai saya dan saat ini adalah saatnya', dan Tuhan bekerja secara dahsyat.

Bagi Tuhan merubah hidup kita hanya seperti membalikkan tangan saja, dalam sekejap dapat terjadi perubahan yang tidak pernah kita bayangkan. BAGI TUHAN, TIADA YANG MUSTAHIL ***
---------------------------------------------------------
Iwan Sunito adalah C.E.O. Crown International Holdings Group, sebuah perusahaan property developer apartment dan shopping center yang berpusat di Sydney, Australia (www.crowngroup.com.au). Beliau adalah mantan president dan Field Rep di FGBMFI Sydney. Bersama istri dan ketiga anaknya, ia melayani dan berjemaat di SCWC (Sydney Christian Worship Center). Beliau merupakan lulusan dari UNSW Bachelor of Architecture dengan Honors degree dan Master of Construction Management, dan sering menjadi pembicara di gereja, seminar, dan business forum. Profil dan tulisan beliau telah sering dimuat di dalam majalah-majalah bisnis dan media televisi, baik di Indonesia maupun di Australia dan sering dijuluki 'raja property Australia dari Indonesia'.

Comments