Dengan IMAN

[Kesaksian] Dengan IMAN

by Samuel Apriadi Chen on Wednesday, January 11, 2012 at 11:11pm ·


2 Tahun sudah berlalu dari hari itu yang masih teringat jelas. Mengerikan, hukuman yang langsung datang dari Tuhan. Setelah malam itu (22 Des 2009) pertengkaran di telepon, ....

-- Setelah bertahun tidak bertemu, akhirnya kami dipertemukan di sebuah rumah kecil di daerah Jakarta Barat. Saat itu aku masih mengeraskan hati. Aku datang untuk mengambil beberapa surat penting. Setelah pertemuan itu, aku menyendiri di kamar dan menangis tanpa henti. Aku tidak menangisi perjumpaan kami. Tetapi aku
menangisi mengapa kami harus bertemu setelah lama ditinggal. Lagu Mas Ebiet - Titip Rindu Buat Ayah menemani air mata yang turun tanpa henti selama aku menyendiri.... Beberapa bulan kemudian aku kembali menemuinya. Perbincangan kami pun sudah mulai terasa biasa kembali. Aku memberanikan diri untuk meminta modal usaha dan dia memberikannya kepadaku.  Dengan modal itu aku membangun usaha kecil di dekat rumahku. Aku belajar memulai berbisnis dan dia pun sering memberikan nasihat untukku.. --

..., aku memaki dan mengatakan bahwa selama aku tidak bersama dia, aku tidak pernah merasakan hal-hal yang menyusahkan hidupku. Aku pun mengatakan bahwa aku menyesal sudah bertemu kembali dengan dia.

Keesokan harinya, (23 Des 2009) pagi hari hujan turun sangat lebat dan petir menggelegar di areal tempat usahaku. Aku mulai takut suatu hal terjadi dengan usahaku. Hujan terus turun, tanpa pikir panjang setelah hujan mereda aku langsung menuju tempat usahaku. Ternyata ketakutanku benar-benar terjadi. Usaha yang ku geluti tersambar petir pagi itu. Aku kebingungan.

Aku tetap mengeraskan hatiku pada saat itu, luka lama yang telah ada semakin terkorek kembali. Aku sungguh-sungguh merasakan kebencian yang mendalam. Aku tidak perduli lagi dengan Tuhan Yesus maupun diriku. Aku berusaha dengan kekuatanku sendiri setelah itu.

Aku mengelak dari kenyataan, aku pun mulai mencari cara untuk mempertahankan usahaku. Aku pun mulai membuka usaha-usaha lain dan mulai menjauh dari Tuhan meskipun aku masih terus beribadah seperti biasa. Kulit luar memperlihatkan aku baik-baik saja. Aku pun tidak menyadari usaha yang aku geluti setelah itu semakin menyeretku untuk menjauh dari Tuhan. Awalnya usaha ini sangat ramai, semakin lama aku merasakan ketidaknyamanan walaupun usaha yang kujalani baik-baik saja. Pribadiku pun mulai berontak dengan keadaan usaha yang kujalani.

Akhirnya aku berhenti dan kembali kepada usaha ku yang masih bertahan dan tinggal sisa-sisa kejayaan itu. Aku mulai menjalaninya kembali meskipun aku sudah tidak memiliki sesuatu yang berharga lagi. Aku hampir menyerah.

Suatu hari kemudian, aku diajak untuk mengikuti sebuah acara SPK. Acara ini berlangsung selama beberapa bulan. Di dalam acara ini aku sangat terpukul dan merasakan bahwa selama ini memang aku bersalah kepada Tuhan. Aku ingin sekali kembali dalam pelukan Tuhan. Aku menangis, memohon ampun atas semua dosa yang telah aku lakukan.

Ternyata belum cukup sampai di situ. Perjalanan yang kujalani masih sangat panjang. Aku merasakan ketakutan saat dia sakit, aku berdo'a kepada Tuhan. Baru saja aku dapat melepaskan pengampunan itu, mengapa sesingkat ini Tuhan. Ijinkan aku untuk kembali bersama dia yang sudah bertahun lamanya meninggalkanku. Aku rindu kami hidup dalam kebahagiaan.

Tuhan mengabulkan doa ku. Hubunganku dengannya membaik, keadaannya pun membaik dan mulai pulih. Aku sangat senang.

Suatu hari aku menemukan sebuah ayat yang berkata demikian : --sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat--. Aku mulai menyadari sesuatu. Bahwa setiap apa yang Tuhan berikan kepadaku adalah yang terbaik untukku. Aku mulai belajar menggunakan iman. Aku tidak perduli lagi dengan omongan orang-orang dunia. Aku terus mengandalkan imanku. Walaupun banyak hal yang aku lalui, aku tetap percaya bahwa TUHAN yang menentukan segala-galanya....

Natal 25 Desember 2011 kemarin mengingatkanku kembali dengan kejadian 2 tahun yang lalu. Tidak singkat, tidak lama. 2 tahun aku melalui proses-proses yang menyakitkan. Namun sekarang aku merasakan bahwa memang aku layak untuk mendapatkan semuanya. Tanpa semua ini aku tidak pernah mengerti. Namun sekarang aku mengerti mengapa semua itu harus terjadi. Andalkan iman untuk setiap hal yang akan kita lalui. Terlebih setelah seorang Guru Injil mengatakan bahwa "Untuk makan saja mereka menggunakan IMAN" sewaktu kami berkunjung di sebuah Panti Asuhan. Aku semakin yakin bahwa iman kepada Tuhan Yesus Kristus membawa kita kepada suatu hal yang luar biasa.

“Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan yang tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”

Banyak janji-janji Tuhan Yesus yang kurasakan selama menjalani hidup menggunakan IMAN. Setiap langkah hidupku ditentukan oleh Yesus. Untuk itu aku akan terus mempertahankan IMAN ku kepada-Nya. Karena akupun percaya bahwa anak-anak Tuhan tidak akan pernah dipermalukan.

Aku bersyukur Tuhan tetap mengasihi aku, mencintai aku. Satu per satu aku percaya, Tuhan akan mulai membukakan pintu-Nya untukku. Aku pun percaya satu per satu bagian-bagian dalam hidupku akan dipulihkan.

Terimakasih Tuhan Yesus atas segala hal yang telah terjadi di dalam hidupku. Dahulu aku menyesal, namun sekarang aku bersyukur dan aku tidak jadi menyesali dan meratapi hal-hal itu karena tanpa semua itu aku tidak akan ada hari ini.

Tuhan Yesus aku bersyukur. Puji Tuhan. Haleluya.

Comments