Renungan Harian | Runtuhnya Tembok Penghalang - Voice 10.11.19 GMS

Renungan Harian Kristen

Di kehidupan modern saat ini, peperangan kita bukanlah tentang merebut kota, tetapi kita masing-masing tetap memiliki tembok-tembok kasat mata dalam hidup kita.


Saya belajar banyak dari kisah robohnya tembok Yerikho. Menurut sejarah, Tembok Yerikho memiliki tebal lebih dari 3 meter dan tingginya 9 meter. Apa yang membuat tembok ini bisa roboh?

“Lalu bersoraklah bangsa itu, sedang sangkakala ditiup; segera sesudah bangsa itu mendengar bunyi sangkakala, bersoraklah mereka dengan sorak yang nyaring. Maka runtuhlah tembok itu, lalu mereka memanjat masuk ke dalam kota, masing-masing langsung ke depan, dan merebut kota itu” (Yosua 6:20).


Tembok Yerikho

Di kehidupan modern saat ini, peperangan kita bukanlah tentang merebut kota, tetapi kita masing-masing tetap memiliki tembok-tembok kasat mata dalam hidup kita.

Setiap orang yang hidup pasti punya permasalahan, entah masalah kesehatan, keuangan, keluarga, pekerjaan, studi, atau apapun juga. Permasalahan-permasalahan ini bisa menjadi tembok penghalang kita untuk bergerak maju, bisa menjadi tembok yang tinggi yang makin menjauhkan kita dari Tuhan.

Sebenarnya apa makna robohnya tembok Yerikho dalam hidup kita? Sebagai orang Kristen, kita harus percaya bahwa firman Tuhan adalah ya dan amin, bahwa dalam setiap peperangan yang kita hadapi, Tuhan lah yang berperang sebagai ganti kita, dan kita pasti dijadikan lebih dari pemenang.

Tetapi mengapa banyak orang Kristen yang hidupnya terpuruk, terhimpit oleh permasalahan, bahkan hidup tanpa arah?

Apakah janji Tuhan itu hanya digenapi pada sebagian orang saja?

Mari kita lihat bagaimana kondisi bangsa Israel saat mereka merobohkan tembok Yerikho.

Apabila bangsa Israel mengggunakan akal dan pikiran mereka, sudah tentu mereka tidak akan percaya kalau rembok Yerikho itu bisa roboh. Saat itu Tuhan berfirman bahwa bangsa Israel harus mengelilingi tembok Yerikho 7 hari berturut turut, di mana 6 hari pertama mereka sama sekali tidak boleh berkata-kata, sepatah kata pun tidak boleh, dan pada hari ke 7 barulah sangkakala harus ditiup sekencang kencangnya dan bangsa Israel harus bersorak sorai, maka tembok itu akan roboh.

Kita tentu sulit membayangkan, bangsa Israel yang saat itu terkenal dengan sebutan bangsa yang tegar tengkuk, yang selalu bersungut sungut, yang perlu waktu 40 tahun untuk bisa masuk tanah perjanjian, mau patuh dan menaati perintah Tuhan itu.

Sebenarnya inilah cara Tuhan menguji bangsa Israel, bisakah mereka mengekang mulut mereka yang selalu suka mengeluh dan menuntut, bisakah mereka bersyukur dalam keadaan ini, dan masih percaya kah mereka pada janji Tuhan kalau Tuhan yang akan menyerahkan musuh musuh ke dalam tangan bangsa Israel?


Sangkakala

Sebenarnya apa artinya sangkakala harus ditiup sekencang-kencangnya? Itu artinya bahwa

kita terus mengucap syukur dan menaikkan pujian kita bagi Tuhan kita atas penyertaan-Nya yang begitu luar biasa, dan sorak sorai kemenangan yang diteriakkan walaupun saat itu tembok Yerikho belum roboh adalah sorak kemenangan karena kita percaya akan janji Tuhan yang sudah menyiapkan kemenangan bagi kita walaupun kita belum melihat kenyataannya, iman kita pada Tuhan yang akan menyelamatkan kita.

Itulah hikmat yang Tuhan mau kita ambil dalam peristiwa robohnya tembok Yerikho.

Sudahkah kita mengucap syukur setiap saat dalam keadaan suka atau duka, dalam keadaan kelimpahan atau kekurangan?

Sudahkah kita terus memuji kebesaran Tuhan atas hidup yang kita jalani, apapun kondisinya?

Dan sudahkan kita percaya akan janji-janji-Nya dalam hidup kita, bahwa rancangan-Nya adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan?

Kalau kamu merasa masih ada tembok-tembok dalam hidupmu, marilah kita terus mengarahkan hati kita pada Tuhan, teruslah mengucap syukur dan terima kasih kita, teruslah memuji kebesaran-Nya, dan teruslah memegang teguh janji-janji-Nya, maka kita akan lihat tembok tembok permasalahan kita akan roboh karena kuasa Tuhan dan kita akan melihat kemenangan demi kemenangan terjadi dalam hidup kita.

Halleluya! Tuhan Yesus Memberkati.

Lie Lani Regani, Jemaat GMS Surabaya

Comments