Maut Dalam Kuali - Ps. Philip Mantofa


Maut dalam kuali berbicara tentang food poisoning atau keracunan makanan. Ketika kita keracunan makanan, kita bisa mengalami hal yang tidak mengenakan dan mengancam kesehatan kita, bila kita tidak melakukan antisipasi terlebih dahulu.

Perikop “Maut dalam Kuali” ( 2 Raja-raja 4 : 38-41) bercerita tentang rombongan nabi Elisa yang mengalami keracunan makanan saat berada di Gilgal. Cerita ini begitu sederhana, namun ada makna yang tersembunyi di balik cerita ini.

Gilgal

Gilgal adalah tempat Yosua menyunatkan bangsa Israel. Gilgal merupakan tempat bangsa Israel memperbarui perjanjian mereka dengan Tuhan dan juga tempat ketaatan Bangsa Israel terhadap hukum taurat Musa.

Dalam 2 Raja-raja 4 : 38, Elisa kembali ke Gilgal dalam kondisi Gilgal mengalami kelaparan. Waktu menghadapi masalah kembalilah kepada perjanjian Tuhan. Kelaparan bisa diartikan dengan kesusahan, kesulitan, kebutuhan hidup.

Ketika mengalami hal yang disebut kelaparan ini, kembali pada perjanjian Tuhan, ingatlah akan apa yang pernah Tuhan janjikan. Jika tidak menemukan janji baru, carilah janji lama karena Tuhan kita adalah Tuhan yang sama dahulu dan sekarang. Kenali perjanjian Tuhan dan bacalah“manual book” atau Alkitab serta belajarlah untuk taat pada Firman Tuhan.

Elisa mengalami mujizat bukan karena dirinya adalah Elisa, namun karena Ia berada di posisi yang tepat yaitu di poros kehendak Tuhan. Jangan pernah pergi dari poros kehendak Tuhan melainkan milikilah tekad untuk tetap berada dalam poros kehendak Tuhan serta wilayah ketaatan. Karena Gilgal adalah tempat yang berharga.

Elisa kembali ke Gilgal bersama rombongan nabi dan mereka duduk dihadapan Elisa. Elisa memberi mereka makanan rohani terlebih dahulu sebelum memberi mereka makan dan minum.

Memberi mereka makanan rohani berarti membangun manusia rohani mereka terlebih dahulu. Mulailah dengan doa pagi, saat teduh di pagi hari sebelum memulai aktivitas sepanjang hari karena itu saat manusia rohani kita diberi makan untuk bertumbuh.

Sebab Mereka Tidak Mengenalnya

“Lalu keluarlah seorang dari mereka ke ladang untuk mengumpulkan sayur-sayuran; ia menemui pohon sulur-suluran liar dan memetik dari padanya labu liar, serangkul penuh dalam jubahnya. Sesudah ia pulang, teruslah ia mengiris-irisnya ke dalam kuali masakan tadi, sebab mereka tidak mengenalnya.” (2 Raja-raja 4 : 39).

Di sinilah awal mula terjadi keracunan makanan yang mereka alami. Keracunan makanan mereka dikarenakan human error. Karena mereka tidak mengetahui apa yang dimasak. Mereka tidak membaca resepnya/ manual booknya, seorang nabi yang lebih sering membaca Alkitab daripada membaca resep masakan.

Ia mungkin orang yang pandai meracik makanan di dalam rombongan tersebut, tetapi sepandai-pandainya tetap harus belajar dasarnya. Sama hal yang didalam lingkup pekerjaan, orang harus tetap belajar dan melihatmanual book dalam bidang pekerjaannya supaya tidak terjadi kesalahan.

Jangan bertindak asal dalam bekerja seperti nabi ini yang dengan asal mengambil bahan makanan yang ia tidak kenali dan tidak tahu apakah bahan tersebut baik untuk dimasak atau tidak. Bacalah manual book-nya.

Seperti manusia rohani yang dibangun berdasarkan manual booknya yaitu Alkitab, demikian pula dalam kehidupan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, dan lain-lain harus mengetahui dasarnya supaya tidak terjadi kesalahan/ human error.

Sama hal yang didalam lingkup pekerjaan, orang harus tetap belajar dan melihat manual book dalam bidang pekerjaannya.

Makanan dengan Makanan

“Tetapi berkatalah Elisa: “Ambillah tepung!” Dilemparkannyalah itu ke dalam kuali serta berkata: “Cedoklah sekarang bagi orang-orang ini, supaya mereka makan!” Maka tidak ada lagi sesuatu bahaya dalam kuali itu.” (2 Raja-raja 4:41). Waktu itu kondisi mereka sudah sangat buruk, mereka sudah tidak tahan dengan rasa sakit setelah mereka makan makanan dalam kuali.

Di sinilah Tuhan memberikan mujizat melalui Elisa dengan perantara tepung. Elisa bisa saja mengadakan mujizat dengan tumpang tangan dan berdoa di setiap orang yang keracunan. Namun ia memilih tepung sebagai perantara mujizat karena Tuhan ingin menyembuhkan makanan dengan makanan. Tuhan bukan Allah yang lari dari kenyataan, tetapi Allah yang tinggal dan mengahadapi masalah. Dimana kamu mengalami kekalahan disitulah kamu akan mengalami kemenangan.

Tepung adalah bahan untuk membuat sesuatu yang tidak beragi. Tepung memberikan arti yang sama di ayat 38 yaitu kembali ke Gilgal, kembali kepada perjanjian Tuhan. Jika kamu tidak bisa melihat akhir, lihatlah awal. Kebanyakan dari kita lupa akan titik awal kita. Waktu kita tidak bisa melihat akhir dari segala sesuatu, lihatlah awal maka kita dapat melihat pekerjaan Tuhan.

Ketika Elisa mengambil tepung itu, ada tangan yang diurapi Tuhan. Tangan yang sama ketika membuat makanan yang beracun dan dengan tangan yang sama juga mengambil tepung untuk dilempar ke dalam kuali. Ketika kita diurapi Tuhan untuk bisa menyelesaikan masalah.

Jangan berhenti di titik diurapi saja. Tepung akan tetap menjadi tepung ketika hanya berada digenggaman Elisa. Namun tepung bisa menjadi alat perantara mujizat ketika tepung itu masuk ke dalam kuali itu dan melenyapkan maut.

Melangkahlah untuk mengahadapi masalah dan menyelesaikannya karena hanya kita yang dapat menyelesaikan masalah yang muncul di hadapan kita sama seperti tepung yang dilempar untuk melenyapkan maut dalam kuali.

Jangan lari dari masalah, tapi kembalilah ke titik awal dan hadapi masalah bersama dengan Tuhan.

(Disarikan dari kotbah Pdt. Philip Mantofa, 8 September 2019, ibadah 1)

Comments