Bacaan : Lukas 15:1-7
Ia baik dan pintar, " cerita keponakan saya tentang teman favoritnya.
Beberapa teman tidak ia sukai Alasannya antara lain: mereka nakal, suka
mengganggu, pelit meminjamkan mainan. Celotehnya menyadarkan saya
betapa sejak kecil kita sudah punya kecenderungan untuk menilai orang
menurut tolok ukur tertentu, entah itu kebaikannya, reputasinya, atau
kelakuannya terhadap kita. Dan, penilaian itu memengaruhi cara kita
bersikap.
Sungut-sungut orang Farisi dan ahli Taurat adalah cermin penilaian
mereka terhadap sekelompok orang. Tolok ukurnya adalah diri sendiri.
Melabeli kelompok lain berdosa, menyiratkan mereka mengelompokkan diri
sendiri sebagai orang-orang yang tidak berdosa. Keramahan Yesus pada
kelompok "berdosa" membuat mereka tak nyaman (ayat 2). Yesus mengoreksi
cara pandang ini, mengajak mereka untuk memakai tolok ukur Allah. Dalam
sudut pandang-Nya juga ada dua macam kelompok orang, tetapi dua-duanya
berdosa. Bedanya, yang satu sadar akan dosanya, yang lain tidak (ayat
7). Yang satu bertobat, yang satu tidak merasa butuh pertobatan. Dan
surga bersukacita untuk orang berdosa yang bertobat.
Melihat orang lain dalam dosa, ingatlah bahwa kita tidak lebih baik.
Kita tak dapat menyelamatkan diri sendiri, namun Allah dalam kasih-Nya
telah mencari dan menemukan kita. Mari periksa lingkaran pergaulan kita.
Apakah kita cenderung berteman dengan orang-orang tertentu dan menjauhi
yang lain? Mengapa? Daftarkan hal-hal yang biasanya menjadi tolok ukur
kita dalam mengasihi orang lain. Mintalah agar Allah memperbarui cara
pandang kita dengan cara pandang-Nya. --JOE
PANDANGLAH SESAMA DARI SUDUT PANDANG ALLAH. KASIHILAH MEREKA DENGAN KASIH DARI PADA-NYA.
|
Comments
Post a Comment