Bagaimana Memaafkan Orang yang telah Menyakiti Kita?
(Rick Warren)
(Rick Warren)
1. Melepaskan hak untuk menuntut balas
Anda harus memulai dengan melepaskan orang yang telah melukai Anda dari tuntutan kemarahan . Ini tidak adil, begitukah menurut ? Anda benar. Pengampunan bukanlah hal yang adil. Sungguh tidak adil ketika Allah mengampuni dosa-dosa kita, dan juga tidak adil ketika Anda harus mengampuni orang lain. Allah tidak memberi kita hal yang layak kita terima. Dia memberi kita hal yang sangat kita butuhkan.
Alkitab berkata bahwa Allah itu adil. Suatu hari nanti, Dia akan menuntaskan semua persoalan. Untuk sementara ini, biarlah Allah memenuhi hati kita dengan damai sejahtera dan kasih karunia.
Alkitab berkata di dalam Roma 12:19, "Janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan."
Langkah pertama dalam memaafkan adalah tidak mengambil tindakan penegakan keadilan secara pribadi. Biarlah Allah yang akan menjadi Hakim yang tidak memihak.
Setiap kali Anda teringat betapa Anda telah disakiti, lepaskanlah ingatan itu. Sangatlah menyenangkan bisa tetap teguh. Saat Yesus ditanyai berapa kali kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita, Dia menjawab 70 kali 7. Dengan kata lain, kita harus terus mengampuni.
Bagaimana Anda bisa tahu bahwa Anda telah benar-benar melepaskan luka itu? Kalau Anda sudah tidak terasa menyakitkan lagi. Anda mungkin telah memaafkan seseorang sampai ribuan kali sebelum hal itu menjadi suatu kenyataan. Namun setiap kali sakit hati itu muncul, katakanlah kepada Allah, "Ya Allah, sekali lagi, kuserahkan hal ini kepada-Mu. Untuk ke sekian ratus kalinya, ya Tuhan, kulepaskan mereka dari tuntutan sakit hati ini dan menyingkirkan hakku untuk menuntut balas." Setiap kali Anda menahannya, maka sakit hati itu akan semakin dalam. Namun setiap kali melepaskannya, maka rasa sakit hati itu akan semakin melemah.
2. Pusatkan kembali perhatian pada rencana Allah bagi hidup Anda
Anda hanya bisa memusatkan perhatian ke arah masa depan atau masa lalu - tidak bisa ke dua-duanya. Pusatkanlah perhatian pada hal-hal yang ingin Allah kerjakan di dalam hidup Anda. Selama Anda memusatkan perhatian pada orang yang melukai Anda, maka merekalah yang sedang mengendalikan Anda. Anda tentu tidak ingin orang-orang yang dulu pernah melukai Anda mengendalikan hidup Anda di masa kini. Anda tentunya ingin agar Allah yang mengendalikan hidup Anda.
Sebenarnya, jika Anda tidak membebaskan orang yang melukai Anda, maka Anda akan menjadi semakin mirip dengan dia. Anda akan menjadi mirip dengan apa yang menjadi fokus perhatian Anda. Jika Anda memusatkan perhatian pada rasa sakit, maka Anda akan mengarah ke sana. Jika Anda berfokus pada tujuan hidup, maka Anda akan maju.
Bagaimana melakukannya?
Alkitab memberitahu kita di dalam kitab Ayub 11:13-16, "Jikalau engkau ini menyediakan hatimu, dan menadahkan tanganmu kepada-Nya; jikalau engkau menjauhkan kejahatan dalam tanganmu, dan tidak membiarkan kecurangan ada dalam kemahmu, maka sesungguhnya, engkau dapat mengangkat mukamu tanpa cela, dan engkau akan berdiri teguh dan tidak akan takut, bahkan engkau akan melupakan kesusahanmu, hanya teringat kepadanya seperti kepada air yang telah mengalir lalu."
Luruskan hati Anda. Artinya, lakukanlah hal yang benar. Maafkan orang itu. Lepaskan dia dari tuntutan sakit hati.
Memohon kepada Allah. Mintalah Yesus Kristus untuk turut campur dan memenuhi hati Anda dengan kasih-Nya.
Hadapi lagi dunia ini. Jangan menarik diri. Jangan mengurung diri Anda. Anda tidak bisa mengasihi tanpa menaggung resiko dilukai. Dan hidup tanpa mengasihi jelas-jelas bertentangan dengan rencana Allah bagi hidup Anda.
3. Tanggapilah kejahatan dengan kebaikan
Paulus memberitahu kita di dalam Roma 12:21, "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!." Ada begitu banyak kejahatan di dunia ini. Anda tidak akan bisa mengatasi kejahatan dengan cara mengecamnya. Anda hanya bisa mengatasi kejahatan dengan kebaikan.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saddleback ini, Jemaat kita bukanlah Jemaat yang berwatak perang. Kita tidak menghabiskan waktu kita dengan mengecam apa yang dilakukan oleh dunia. Kita tidak bisa berharap agar mereka yang tidak percaya itu berperilaku seperti orang yang percaya, sebelum mereka menjadi percaya. Anda tidak akan bisa mengubah dunia dengan cara mengecamnya.
Melalui Rencana Damai, kami telah mengirim ribuan tim ke seluruh dunia sejak 2004, untuk mengatasi kejahatan dengan kebaikan, dengan menawarkan pemulihan hubungan, memperlengkapi para hamba Tuhan yang berkedudukan pemimpin, menolong orang miskin, merawat orang sakit dan mendidik generasi penerus.
Satu negara yang menjadi fokus kami adalah Rwanda. Anda mungkin pernah mendengar tentang kejahatan mengerikan - yakni pembasmian etnis - yang pernah terjadi pada tahun 1994 di Rwanda. Kebencian ada di mana-mana. Namun Allah telah mengerjakan karya yang ajaib di negara ini. Tahun lalu, Uskup John Ruchyana mengunjungi Saddleback, dan bersama-sama kami berbicara kepada Jemaat mengenai masalah ini. Pada hari itu, dia memberi kesaksian proses pemulihan ajaib yang sedang berlangsung di negaranya itu.
"Saudara-saudariku, Yesus yang kita sembah, Tuhan yang kita sembah dan imani adalah kunci pemulihan hubungan di Rwanda. Kita tidak bisa lagi menekankan perbedaan lalu berharap bisa mendapat hasil yang baik. Di Rwanda, pembalasan dendam adalah hal yang tak mampu kami lakukan. Kami harus menjalankan pemulihan hubungan. Kami harus menghadapi kenyataan tentang kelemahan kami, keadaan kami yang menyedihkan, tentang dosa-dosa kami. Kami harus menghadapi semua itu bersama Yesus Kristus di dalam hidup ini, agar bisa membangun suatu bangsa lagi. Kami harus hidup.
Kami tidak ingin lagi menambah luka hati. Kami ingin membangun harapan. Sungguh ajaib jika kita tatap harapan itu dari sudut pandang Yesus Kristus. Harapan yang begitu cerah. Sangat cerah. Rwanda nanti bisa menjadi poros pembangunan di Afrika. Orang-orang akan datang kepada kami dan belajar. Namun semua ini bukan karena kemampuan kami. Tidak, semua itu bagi kemuliaan Allah. Allahlah yang mengerjakan semua itu. Allah yang membangun kembali semua itu. Allah yang mengerjakan semuanya dengan penuh kuasa, secara ilahi."
Itu adalah gambaran dalam contoh yang besar berkaitan dengan hal kejahatan dan kebaikan. Anda bisa melakukannya di dalam kehidupan pribadi Anda juga. Saat ada orang melukai hati Anda, lakukanlah perbuatan baik kepada mereka. Apakah mudah? Tentu saja tidak. Setiap tulang di dalam tubuh kita ingin menanggapi kejahatan dengan kejahatan juga. Namun pengampunan itu muncul jika kita menanggapi kejahatan dengan kebaikan.
Saya harap setiap orang Kristen akan ditantang untuk melakukan ini - dan benar-benar melakukannya - di dalam kehidupan pribadi mereka.
(Diterjemahkan dan diedit seperlunya oleh Cahaya Pengharapan Ministries)
Sumber : CahayaPengharapan.org
Comments
Post a Comment