Renungan Harian | Yobel - Pdt. Samuel Handoko

“……..Kamu akan makan sampai kenyang…..” (Imamat 25:19). Dalam Imamat pasal 25 kita mendapati perintah Tuhan yang berkenaan dengan pengelolaan tanah atau yang kita sebut dengan sumber nafkah.

Tuhan memerintahkan untuk diadakan Sabat (masa perhentian penuh) pada tahun ketujuh dan setelah 7 tahun sabat, yaitu tahun yang ke 49, bagi tanah. Lalu orang Israel diperintahkan untuk meniup sangkakala di mana-mana pada tanggal sepuluh, bulan ketujuh tahun itu. Lalu, pada tahun yang ke lima puluh harus dikuduskan dan dijadikan sebagai tahun Yobel. Yobel berarti pembebasan atau memperoleh kembali hak-hak yang telah hilang. Apa yang diperintahkan Tuhan tentang tahun sabat dan tahun Yobel?


Tahun Yobel

Pada tahun Sabat dan tahun Yobel, tanah harus diistirahatkan, tidak boleh ditanami dan tidak boleh di panen (Imamat 25:5). Perbedaannya adalah, pada tahun Sabat mereka masih boleh memakan apa saja yang tumbuh di tanah mereka, tetapi di tahun Yobel, sama sekali tidak boleh. Di tahun Yobel semua orang harus melepas haknya dan memberikannya kepada orang yang berhak menerimanya, yaitu orang Israel yang telah menjual tanahnya dan yang telah jatuh miskin. Pada tahun Yobel, selain tanah diistirahatkan, setiap orang memperoleh haknya kembali.

Ini menjadikan tahun Yobel sebagai tahun pengharapan bagi orang yang jatuh miskin, karena mereka akan kembali memiliki tanah warisan dari Tuhan, sehingga mereka terlepas dari masalah yang mereka hadapi selama ini. Karena itu Tuhan memerintahkan supaya orang Israel dapat saling membantu saudaranya, supaya mereka dapat menyongsong tahun Yobel.

Ada beberapa prinsip yang dinyatakan dalam peraturan tentang sabat dan tahun Yobel bagi tanah. Pertama, kehidupan orang Israel, sekalipun berada di tanah yang subur, tidaklah semata-mata bergantung kepada kesuburan tanah itu, tetapi tetap bergantung kepada Tuhan. Tuhanlah yang bisa memberkati tanah dengan kesuburan, dan memberkati hasil tanah itu untuk akhirnya dapat dinikmati oleh orang Israel. Tuhan adalah pemilik langit dan bumi, sehingga orang Israel yang tinggal di negeri itu, hanyalah penerima kasih karunia Tuhan. Mereka hanya mempunyai hak pakai dari Tuhan. “Tanah jangan dijual mutlak, karena Akulah pemilik tanah itu, sedang kamu adalah orang asing dan pendatang bagi-Ku.” (ayat 23)

Kedua, tercapainya keadilan. Pada waktu tertentu setiap orang memiliki kesempatan untuk berusaha kembali. Kalau di waktu lalu dia sudah berbuat kesalahan dan kehilangan segalanya, maka pada tahun Yobel, dia memiliki kesempatan untuk mendapatkannya kembali, dan keturunannya akan mendapat kesempatan baru.

Ketiga, Tuhan memperhatikan orang miskin dan terlantar, karena di hadapan Tuhan setiap manusia itu sama. Peraturan ini memberikan pelajaran kepada orang Israel untuk mengenal musim dan mengatur berkat. Sebab pada tahun keenam, hasil pasti akan melimpah, tapi itu bukan untuk dihabiskan, tetapi sebagai persediaan untuk menghadapi tahun Yobel, di mana mereka tidak diperkenankan untuk bercocok tanam pada tahun itu.

Orang Israel juga diajar untuk menjadi orang yang jujur dalam berdagang dengan orang lain. Mereka tidak boleh mencari untung dengan cara memperdaya orang lain atau memanfaatkan ketidaktahuan orang. Dasar dari perintah ini adalah rasa Takut akan Tuhan. 

Mereka juga diperintahkan untuk memberikan pertolongan dengan tulus kepada orang yang membutuhkan, dan dilarang untuk mencari keuntungan dari orang yang sedang membutuhkan pertolongan.


JanjiNya

Tuhan berjanji, apabila mereka taat kepada segala perintahNya, maka mereka akan hidup dalam damai sejahtera dan tidak akan pernah kekurangan hal yang baik. Bahkan berkat Tuhan akan dilimpahkan sehingga mereka tidak akan pernah kekurangan ketika masuk dalam tahun Yobel.

“Demikianlah kamu harus melakukan ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-Ku serta melakukannya, maka kamu akan diam di tanahmu dengan aman tenteram. Tanah itu akan memberi hasilnya, dan kamu akan makan sampai kenyang dan diam di sana dengan aman tenteram. Apabila kamu bertanya: Apakah yang akan kami makan dalam tahun yang ketujuh itu, bukankah kami tidak boleh menabur dan tidak boleh mengumpulkan hasil tanah kami? Maka Aku akan memerintahkan berkat-Ku kepadamu dalam tahun yang keenam, supaya diberinya hasil untuk tiga tahun. Dalam tahun yang kedelapan kamu akan menabur, tetapi kamu akan makan dari hasil yang lama sampai kepada tahun yang kesembilan, sampai masuk hasilnya, kamu akan memakan yang lama."
(ayat 18-22).

Indah sekali aturan Sabat dan Yobel, karena terlihat sekali keadilan Tuhan dan kasih sayangnya.


Pdt. Samuel Handoko

Comments