Renungan Harian | Tukar Rugi - Pdt. Samuel Handoko

Renungan Harian Kristen

Iblis selalu menggoda kita untuk mau menukar iman  dengan "kejayaan" dunia. Ipati Anda sering mendengar, "Jika mau naik pangkat, harus pindah iman. Jika mau menikah, harus mau pindah iman. Jika mau bekerja, harus pindah iman." Jika kita tidak memiliki pengertian yang kuat akan iman yang kita punyai, maka kita akan mudah menjualnya demi sesuatu yang sia-sia.

Setiap orang pasti ingin membeli sesuatu yang bernilai bagi dirinya. Namun tidak jarang, kita mendapati ternyata barang yang kita beli tidak sesuai dengan harapan, sehingga kita menaglami rugi. Inilah yang terjadi pada Esau.

Iman adalah anugerah. Secara sederhana anugerah dipahami sebagai segala hal yang diluar kemampuan kita untuk mengusahakannya, tetapi diberikan secara cuma-cuma kepada kita. Penulis Ibrani memberikan peringatan tentang bagaimana seharusnya kita memandang dan memperlakukan anugerah melalui sosok Esau.

Ibrani 12:15-17, "Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang. Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata."

Menjual kesulungan

Menjadi anak sulung adalah anugerah Tuhan, karena tidak ada seorangpun manusia yang bisa mengusahakannya, hanya Tuhan yang mempunyai kuasa untuk menjadikannya, sebagai anak sulung.

Tapi sayang, Esau tidak menghargai kesulungannya, karena dengan mudahnya dia mempermainkan hak kesulungannya dan menukarkannya dengan sepiring kacang merah, betapa murahnya dia memandang anugerah Allah, karena baginya hak kesulungan tidak lebih berharga dibanding dengan sepiring kacang merah.

Penulis Ibrani, memakai kisah Esau untuk memberikan peringatan supaya kita yang telah menerima anugerah keselamatan melalui korban Kristus, tidak bertindak bodoh seperti Esau.

Korban Yesus membuat kita mendapatkan pengampunan atas dosa dan kesalahan kita, dosa-dosa kita tidak di ingat lagi oleh Tuhan, serta kita dibebaskan dari penghukuman api neraka, posisi kitapun diubahkan, dari orang hukuman dan terkutuk, menjadi anak-anak Tuhan yang diberkati, semua itu tidak mungkin kita dapatkan melalui usaha kita sendiri, itulah yang disebut dengan anugerah.

Esau, menjauhkan dirinya dari anugerah, yang artinya dia gagal untuk menjaga anugerah Tuhan. Sebagai orang yang memperoleh anugerah, dia lebih membiarkan dirinya dikuasai oleh nafsu dagingnya, sehingga hanya demi sepiring makanan dia menukarkan anugerah yang sangat berharga. “Cabul atau bernafsu rendah” adalah julukan yang diberikan bagi orang yang dengan sengaja melanggar hal-hal yang dikuduskan.

Hak kesulungan

Arti hak kesulungan dari Esau adalah pertama, hak keimaman, artinya menjadi milik Tuhan (Keluaran 22:29). Kedua, hak untuk mewarisi warisan ayahnya sebanyak dua bagian (double porsi) dibanding adiknya (Ulangan 21:17). Ketiga, menjadi tuan (pemimpin) atas saudara-saudaranya (Kejadian 27:29, 37; 49:3 ). Keempat, dan dalam keluarga Abraham yang sulung berarti menjadi garis penerus untuk menurunkan Mesias yang akan menjadi penebus dunia, yang kemudian akan melahirkan Gereja Kristus. Kelima, kesulungan berarti mendapat kemuliaan, terhormat dan rohani.

Karena itu ketika Esau dengan mudah melepas kesulungannya dan menukarnya dengan sepiring makanan, maka dia layak disebut sebagai orang yang bernafsu rendah (cabul).

Tragis bagi Esau, setelah dia menyadari betapa berharganya hak kesulungan itu, dan dia menginginkannya kembali, ternyata pintu anugerah telah tertutup bagi dia. “Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.” (Ibrani 12:17).

Peringatan ini penting bagi kita. Penulis kitab Ibrani menjelaskan bahwa posisi kita sama dengan Esau sebagai anak sulung, karena di dalam Yesus, kita menerima anugerah sebagai anak-anak sulung. "Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel." (Ibrani 12:22-24).

Di ayat ke 25 dikatakan, “Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga?”

Jangan sampai seorang pun di antara kita menjadi seperti Esau, yang menganggap rendah anugerah Tuhan, karena harga penebusan Kristus adalah senilai nyawa Kristus yang tak ternilai. Sekali engkau membuangnya, tak mungkin engkau bisa mendapatkannya kembali.

Pdt. Samuel Handoko - Gereja Mawar Sharon


Comments