- Renungan Harian Kristen -
Ada slogan yang mengatakan, “Di balik suami yang hebat, ada istri yang hebat, dan di balik pernikahan yang hebat pastilah ada Tuhan yang hebat.” Hal ini berlaku dalam iman Kristiani. Surat Ibrani 13:4 mengatakan, “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.” Penuh hormat artinya memahami betapa berharga dan mulianya pernikahan itu. Seberapa berharga dan mulianya pernikahan itu?
Hikmat
Pertama, Tuhanlah yang menciptakan pernikahan (Kej.2:18). Tuhan adalah Allah yang mulia dan kudus, semua yang dihasilkanNya selalu mengandung kemuliaan dan kekudusanNya, termasuk pernikahan.
Kedua, pernikahan itu diciptakan bagi manusia untuk menjadi pembeda dengan mahluk-mahluk ciptaan Tuhan yang lain. Pernikahan diciptakan Tuhan untuk menjadikan manusia sebagai mahluk yang beradab (berakal budi, sopan santun, berbudi pekerti dan berakhlak).
Berakal budi artinya mempunyai hikmat. Sopan santun atau berbudi pekerti artinya mempunyai nilai-nilai kehidupan yang menjadikan dia sebagai pribadi yang memberi dampak positif bagi orang lain. Berakhlak artinya adalah bermoral.
Hewan tidak mengenal pernikahan, karena mereka bukan mahluk moral, mereka hidup digerakan oleh instingnya, sedang manusia mempunyai akal budi, yang membuat manusia dapat menimbang dengan mengenali baik atau buruk, sopan atau tidak sopan yang menghasilkan keputusan yang bersifat mulia dan agung, itulah yang membuat manusia dapat merancangkan masa depan yang lebih baik.
Ketiga, pernikahan diciptakan Tuhan mengandung nilai luhur, yaitu : tanggung jawab dan kesetiaan. Tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung segala akibat dari tindakannya. Dengan tanggung jawab maka seseorang tidak bisa melepaskan diri dari segala yang diakibatkan oleh tindakannya. Karena itu pernikahan menghasilkan terbentuknya keluarga/rumah tangga baru, yang membuat pasangan suami istri akan hidup bersama seumur hidup mereka.
Kesetiaan menjadi pilar penegak rumah tangga, karena dengan adanya kesetiaan maka rumah tangga tetap tegak berdiri.
Keempat, dalam bingkai pernikahan maka hubungan seks menjadi mulia, bukan hanya sebagai proses reproduksi atau pelampiasan nafsu, seperti yang kita lihat kepada hewan-hewan, mereka hanya mendapat perintah untuk berkembang biak dan menjadi banyak, tanpa pernikahan (Kej.1:22).
Hubungan seks yang dilakukan dalam tudung pernikahan, dibingkai dengan kesetiaan dan tanggung jawab, menjadikan manusia sebagai mahluk yang berakhlak, mulia dan unggul dibanding dengan hewan-hewan, karena yang dihasilkan bukan sekedar keturunan tapi keturunan ilahi (Mal.2:15).
Sepadan
Seks dalam pernikahan bukanlah sekedar tindakan pengembangbiakan, tapi lebih dari itu, ada tugas mulia dari Tuhan yaitu untuk menurunkan keturunan ilahi (holy offsprings), yaitu keturunan yang memancarkan rupa dan gambar Allah.
Anak yang dilahirkan dalam pernikahan, bukan hanya dirawat supaya dapat hidup, tetapi juga diajar tentang nilai-nilai kehidupan dan dibimbing untuk menjadi keturunan ilahi, dan hasilnya satu pribadi dapat memberi dampak positif pada kehidupan di masa depan.
Demikian sebaliknya, pernikahan yang rusak akan menghasilkan keturunan rusak, yang berpotensi besar untuk menghancurkan kedamaian dunia.
Seks di luar pernikahan adalah dosa perzinahan dan akan berhadapan dengan penghakiman Allah, karena menodai kekudusan pernikahan yang diciptakan Allah.
Kelima, melalui pernikahan, seseorang mendapat kesempatan untuk berguna bagi orang lain, seorang pria bagi istri dan anak-anaknya, demikian juga seorang wanita bagi suami dan keluarganya.
Dalam Kejadian 2:18 tertulis “Penolong ….yang sepadan.” Penolong yang sepadan artinya adalah membentuk partnership, karena akan lebih baik bagi manusia hidup dalam sosial interaksi daripada menyendiri (Pkh.4:9-12).
Keenam, satu-satunya hubungan diantara manusia, yang disahkan dihadapan Allah dalam sebuah ibadah khusus adalah pernikahan, karena itu semua usaha untuk menghancurkan pernikahan harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.
Karena itu jangan anggap remeh pernikahan! Bagi saudara yang sudah menikah, pahami nilai dari pernikahan Anda, dan hargailah, pertahankan dan perjuangkan supaya pernikahan Anda langgeng dan berkenan kepada Allah. Bagi saudara yang belum menikah, persiapkan diri Anda dengan baik, supaya pada suatu hari saudara dapat masuk dalam pernikahan yang kudus, karena penghargaan terhadap pernikahan, harus dimulai dari sejak saudara masih bujangan.
Pdt. Samuel Handoko - Gereja Mawar Sharon
Comments
Post a Comment