Renungan Harian | Amarah - Pdt. Samuel Handoko

Renungan Harian Kristen
Jenderal Horace Potter pernah menulis tentang percakapannya dengan Jenderal Ulysses Grant di suatu malam saat mereka duduk di dekat api unggun.

"Jenderal Ulysses, Anda luar biasa, walaupun dididik dalam kekerasan militer,… Anda tidak terpancing untuk mengumpat. Saya tidak pernah melihat anda mengucapkan kata kata kasar sekalipun. Anda punya alasan untuk hal ini?" tanya Potter.

Grant menjawab, “Saya tidak mau membiasakan mengumpat. Sejak remaja saya tidak pernah melakukannya, dan ketika saya dewasa, saya menganggap bahwa mengumpat adalah sebagai suatu tindakan kebodohan. Karena kata kata kasar membangkitkan amarah diri kita sendiri dan menyulut kemarahan orang lain.

Saya tidak pernah melihat kehidupan yang berkualitas dari seorang pemarah, selain lemah dan rapuh dari segi spiritual, seorang pemarah menghilangkan banyak kesempatan. Seorang pemarah, adalah seorang yang lelah, ia seorang yang berperang dengan dirinya sendiri, sekalipun ia menang, ia hancur.

Tidak ada yg lebih buruk dari pada seorang yang menjadi marah sampai ia tidak dapat menguasai diri. Pada saat kita marah, kita telah kalah. Pada saat kita membenci, kita telah terkunci. Pada saat kita mendendam. kita telah menjadi tawanan. Janganlah sampai amarahmu merusak jalan hidupmu dan masa depanmu. Jadilah orang sabar serta arif dan bijaksana.”


Makrotumia dan Hupomone

Kemarahan itu menghancurkan, baik diri sendiri, hubungan dalam keluarga maupun dalam pekerjaan dan bisnis. Lebih jauh, kemarahan membahayakan kehidupan rohani. Karena sifat pemarah, Bangsa Israel yang awalnya adalah umat pilihan Tuhan berubah posisi menjadi umat yang dihukum Tuhan.

Ketika diperbudak di Mesir, Allah memilih bangsa Israel untuk diberkati. Maka dari itu, Allah mengutus Musa untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian yang subur. Namun sejak keluar dari Mesir, meski Tuhan menyertai dalam bentuk tiang api dan tiang awan, mereka tetap pemarah, suka bersungut-sungut, dan menggerutu, setiap kali menghadapi kesulitan (Kel.14:10-12; Bil.14:1-2). Bahkan karena kemarahan, Musa tidak diijinkan masuk tanah Kanaan (Bil.20:1-13).

Alkitab mengatakan, “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.” (Amsal 16:32). Dalam bahasa Yunani, kata sabar diterjemahkan dalam dua kata yaitu “makrotumia” (sabar dalam hubungan dengan orang lain) dan “hupomone” (sabar dalam menghadapi situasi dan keadaan yang penuh tekanan). Mengapa orang menjadi pemarah dan tidak sabar?

Pertama, karena ia belum dewasa secara rohani. Ukuran kedewasaan rohani tidak diukur dari lamanya mengikut Tuhan, tetapi diukur dari sikap dan sifatnya. Ada atau tidaknya sifat makrotumia dan hupomone menjadi tolak ukur seberapa luas ia membuka hatinya untuk kasih Tuhan.

Kedua, ia mementingkan diri sendiri dan suka menuntut. Ia tidak bisa menerima kekurangan dan hal negatif yang timbul dari orang lain.

Ketiga, karena ia tidak mempunyai kepekaan akan pembentukan Tuhan di dalam hidupnya (Yak.1:2-4). Sebenarnya Tuhan memakai hal-hal yang tidak enak dan orang yang menjengkelkan, untuk membentuk iman kita supaya semakin berkenan di hadapanNya.

Kesabaran itu kunci kemenangan dan keberhasilan. Karakter kesabaran terbentuk melalui ujian-ujian. Bahkan, kesabaran adalah senjata menghadapi kesulitan. Oleh karena itu, dalam situasi apapun, bangun sikap hupomone dan makrotumia.


Gambar Allah

Kalau kita memiliki iman yang hidup, maka dua jenis kesabaran ini akan menjadi ‘merk’ kita. Kemarahan dan ketidaksabaran memiliki bahaya serius. Bagaimana mengatasinya?

Pertama, buatlah keputusan untuk menjadi dewasa secara rohani. Serahkan sifat negatif Anda kepada Tuhan dan ijinkan Tuhan menukarnya dengan sifat-sifat Allah. Kesabaran adalah salah satu sifat Allah. Jika Anda membangun sifat sabar, maka gambar Allah akan semakin jelas dalam diri Anda, dan identitas Anda sebagai anak Allah akan semakin kuat.

Kedua, mintalah kepada Tuhan untuk memenuhi hati Anda dengan kasihNya. Inti dari kasih adalah tidak mementingkan diri sendiri (Ams.15:18). Kalau Anda bertekad untuk untuk memiliki hati penuh kasih, maka Anda harus bertekad tidak menjadi pencetus kemarahan. Sebisa mungkin masalah kecil dihilangkan, dan masalah besar dikecilkan. Ini namanya menggunakan akal budi (Ams.19:11).

Ketiga, membangun kesabaran dengan kerja keras. Kesabaran bukan sifat bawaan sejak lahir atau otomatis ada. Kesabaran itu harus dibangun dan diusahakan. Masa sulit diijinkan Tuhan terjadi untuk maksud khusus. Kadang orang-orang yang menjengkelkan dikirim Tuhan untuk membentuk karakter kita, supaya lebih berkenan di hadapan Tuhan. Oleh karena itu kita harus mengucap syukur atas keberadaan mereka.

Bangkitkan kesabaran dalam dua hal ini, hupomone dan makrotumia, maka Anda akan menjadi pemenang di atas segala pemenang.

Pdt. Samuel Handoko

Comments