[Renungan] Tugas Wajib - Pdt. Samuel Handoko

Tuhan memerintahkan Musa, untuk menghitung semua orang Lewi yang berumur 30 tahun sampai 50 tahun,“Hitunglah yang berumur tiga puluh tahun ke atas sampai yang berumur lima puluh tahun, semua orang yang kena wajib tugas, supaya mereka melakukan pekerjaan di Kemah Pertemuan.“ (Bilangan 4:3). Orang-orang Lewi pada usia tersebut adalah orang-orang yang terkena wajib tugas untuk melayani. Mengapa diperlukan orang-orang yang berusia 30–50 tahun?


Kekuatan fisik

Karena pekerjaan pelayanan yang dibebankan memerlukan kekuatan fisik yang luar biasa. Tempat ibadah waktu itu adalah sebuah kemah, yang harus dibongkar pasang dan diangkut dengan cara dipanggul.

Ada perabot kemah sembahyang, yang tergolong barang Maha Kudus (ayat 4-14), yang tidak boleh diperlakukan sembarangan dan harus hati-hati. Suku Kehat yang ditugaskan untuk memanggul perabot ini tidak boleh bersentuhan secara langsung, dan kekeliruan memperlakukan perabot tersebut akan mendatangkan kematian.

“Setelah Harun dan anak-anaknya selesai menudungi barang-barang kudus dan segala perkakas tempat kudus, pada waktu perkemahan akan berangkat, barulah orang Kehat boleh masuk ke dalam untuk mengangkat barang-barang itu; tetapi janganlah mereka kena kepada barang-barang kudus itu, nanti mereka mati. Jadi itulah barang-barang di Kemah Pertemuan yang harus diangkat bani Kehat.“ (ayat 15). Karena itu dibutuhkan orang laki-laki yang benar-benar sudah dewasa.

Ketika tempat ibadah sudah berbentuk permanen, sehingga tidak perlu berpindah tempat dan bongkar pasang, maka usia untuk masuk pelayanan menjadi lebih muda.“Itulah bani Lewi menurut puak mereka, kepala-kepala puak mereka, pada waktu mereka dicatat seorang-seorang sesuai dengan bilangan nama mereka, orang demi orang, yang berumur dua puluh tahun atau lebih, merekalah yang harus melakukan pekerjaan untuk ibadah di rumah TUHAN.” (I Taw.23:24).


Ketaatan

Melayani modalnya adalah ketaatan, bertindak sesuai dengan panggilan Tuhan, dan melakukan apa yang memang diperintahkan, walaupun kelihatannya tidak penting.

Melayani bukan bergantung kepada jenis pekerjaan, dan bukan tergantung kepada pandangan orang tentang pekerjaan itu, karena sebenarnya arti melayani adalah melakukan kehendak Tuhan. Yesus mengajarkan prinsip ini, ketika Dia mengatakan, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya.” (Yoh.4:34). Jika melayani berkenaan dengan kehendak Tuhan, maka melayani bukanlah sesuatu yang remeh. Di dalamnya bukan hanya ada melakukan kehendakNya, tetapi juga ada tanggung jawab yang besar untuk menyelesaikannya dengan tuntas, dengan kekuatan dan hikmat Tuhan.

Menurut Kitab Bilangan, batas usia pelayanan adalah 20–30 tahun saja, sebab ketika orang Lewi mencapai usia 50 tahun, dia dibebaskan dari kewajiban (pensiun) tapi mereka masih diperbolehkan untuk membantu pelayanan. Rupanya peran mereka berubah menjadi penasehat, atau pengajar.

“Tetapi jika ia berumur lima puluh tahun haruslah ia dibebaskan dari pekerjaan itu, sehingga tak usah ia bekerja lebih lama lagi. Ia boleh membantu saudara-saudaranya di Kemah Pertemuan dalam menjalankan tugas mereka, tetapi tidak usah lagi ia menjabat pekerjaan itu. Demikianlah harus kaulakukan kepada orang Lewi mengenai tugas mereka." (Bil.8:25-26).

Jadi, tidak ada istilah pensiun di dalam melayani. Selama masih ada waktu untuk pelayanan, yang harus dilakukan hanyalah setia dalam ketaatan. Maka, pada akhir dari masa pelayanan, dia boleh disebut sebagai hamba yang setia. Tuhan senang, dan mencari hamba yang setia.

"Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.” (Mat.24:45-47).

(Pdt. Samuel Handoko)

Comments