[Renungan] Proses Pemurnian - Pdt. Samuel Handoko



“Pada waktu itu tunas yang ditumbuhkan Tuhan akan menjadi kepermaian dan kemuliaan.” (Yesaya 4:2).

Salah satu keuntungan membaca kitab nabi-nabi adalah: Kita dapat melihat gambaran besar dari situasi yang terjadi pada masa nabi itu melayani.

Selain itu, perkataan nabi menjadi gambaran pandangan Tuhan terhadap sikap dan perbuatan umat-Nya, apa yang diharapkan Tuhan dari umat-Nya, serta rancangan Tuhan atas umat-Nya (Rancangan Damai Sejahtera – Yeremia 29:11).

Nabi Yesaya di pasal ke 3 menjelaskan tentang penghukuman Allah yang dijatuhkan karena kedurhakaan umat Tuhan yang sudah mencapai puncaknya. Penghukuman ini begitu dahsyat, sampai digambarkan dalam Yesaya 4:1 bahwa Israel terancam punah. Sebab orang laki-laki di Israel akan ditawan, sehingga tidak ada kaum laki-laki, tidak ada pernikahan dan tidak ada melahirkan anak, mereka terancam putus generasi.

Dalam situasi seperti itu, para wanita akan memperebutkan laki-laki demi munculnya keturunan, inilah yang disebut bencana.

Api Pemulihan

Tapi Tuhan yang penuh kasih. Ia tidak menghukum untuk memusnahkan, tapi hukuman Tuhan adalah untuk memulihkan. Pemulihan itu dikerjakan seperti proses pemurnian emas atau perak, yakni melalui api. Api yang memurnikan adalah api yang membakar habis semua kotoran.

Demikian juga maksud dari Hukuman Tuhan, yang digambarkan seperti api yang memurnikan.

“Aku akan menaruh yang sepertiga itu dalam api dan akan memurnikan mereka seperti orang memurnikan perak. Aku akan menguji mereka, seperti orang menguji emas. Mereka akan memanggil nama-Ku, dan Aku akan menjawab mereka. Aku akan berkata: Mereka adalah umat-Ku, dan mereka akan menjawab: TUHAN adalah Allahku!” (Zakharia 13:9).

BILA PEMURNIAN ITU SUDAH TUNTAS, MAKA TUHAN MEMBERIKAN PEMULIHAN, MEMBAWANYA KEPADA KEMULIAAN-NYA KEMBALI.

Kalau kita mengetahui arti dari “Hukuman Tuhan” seperti itu, maka sikap dari orang yang sedang berada dalam hukuman Tuhan, akan menentukan apakah dia akan dimurnikan atau dimusnahkan.

Sebelum kita memahami lebih jauh, mari kita kenali dahulu, apa yang disebut hukuman Tuhan. Hukuman Tuhan, adalah saat Tuhan berdiri menentang di tengah jalan hidup seseorang, karena orang tersebut dengan sengaja melawan kekudusan Tuhan.

Contoh dari orang Israel pada masa nabi Yesaya, mereka tidak sepenuhnya percaya kepada Tuhan. Selain mereka mengharapkan pembelaan dan pertolongan dari Kerajaan Asyur, mereka juga menyembah berhalaberhala bangsa asing.

Melalui Nabi Yesaya, Tuhan memberikan teguran dan peringatan, tapi mereka tidak mau menerimanya, mengeraskan hatinya sehingga Tuhan menghadang mereka dengan menyatakan penghukuman.

Kemuliaan Iman

Tapi bilamana karena keteguhan imannya, seseorang mengalami aniaya, maka hal itu bukan hukuman, tapi kemuliaan iman (I Petrus 4:12-16).

Sikap apakah yang harus diambil ketika seseorang mengalami penghukuman Tuhan?

Pertama, menyadari semua kesalahan dan mengakui dihadapan Tuhan.

Kedua, bertobat, yaitu menyesal dan kembali kepada Tuhan untuk memohon pengampunan-Nya.

Ketiga, dengan tabah menjalani hukuman, supaya hukuman itu menjadi api yang memurnikan.

“Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian” (II Korintus 7:10).

Bila pemurnian itu sudah tuntas, maka Tuhan memberikan pemulihan, membawanya kepada kemuliaan-Nya kembali. Untuk mempercepat terjadinya pemurnian, maka hati kita harus bertobat dan kembali kepada Tuhan.

Tapi bila terjadi sebaliknya, maka orang tersebut akan terhitung sebagai “kotoran” yang harus dibakar habis, yang artinya hukuman Tuhan tersebut datang menjadi kutuk bagi dirinya.

“Dan orang yang tertinggal di Sion dan yang tersisa di Yerusalem akan disebut kudus, yakni setiap orang di Yerusalem yang tercatat untuk beroleh hidup, apabila TUHAN telah membersihkan kekotoran puteri Sion dan menghapuskan segala noda darah Yerusalem dari tengah-tengahnya dengan roh yang mengadili dan yang membakar. Maka TUHAN akan menjadikan di atas seluruh wilayah gunung Sion dan di atas setiap pertemuan yang diadakan di situ segumpal awan pada waktu siang dan segumpal asap serta sinar api yang menyala-nyala pada waktu malam, sebab di atas semuanya itu akan ada kemuliaan TUHAN sebagai tudung dan sebagai pondok tempat bernaung pada waktu siang terhadap panas terik dan sebagai perlindungan dan persembunyian terhadap angin ribut dan hujan”(Yesaya 4:3-6).

(Pdt. Samuel Handoko)

Comments