[Renungan] Full Dedication - Pdt. Samuel Handoko

Di akhir dekade 1660-an, Sir Christopher Wren ditugaskan untuk merancang ulang gereja Katedral St. Paulus di London. Menurut cerita, suatu hari Wren mengunjungi lokasi pembangunan gereja megah tersebut dan ia tidak dikenali oleh para pekerja di sana. Sambil berkeliling, Wren bertanya kepada beberapa pekerja tentang apa yang sedang mereka lakukan. Salah seorang pekerja menjawab, “Saya sedang memotong sebongkah batu.”Pekerja kedua menjawab, “Saya bekerja demi upah.” Namun pekerja ketiga memiliki pandangan berbeda:“Saya sedang menolong Christopher Wren membangun gedung katedral yang megah untuk kemuliaan Allah.”Sungguh suatu sikap dan motivasi yang sangat berbeda!

Alasan kita mengerjakan apa yang kita kerjakan adalah hal yang sangat penting, terutama menyangkut pekerjaan dan karir kita.


Dedikasi

Imamat 8:1-36 menyebutkan bahwa Harun dan anak-anaknya ditahbiskan menjadi imam besar dan imam-imam yang bertugas untuk melayani ibadah di kemah suci. Tugas pelayanan mereka akan mengakibatkan 2 hal: pertama, melalui mereka, umat Israel akan mendapat jalan untuk memperoleh pengampunan dan membangun hidup yang layak serta berkenan kepada Allah. Kedua, kemah suci akan terjaga kekudusannya sehingga hadirat Allah tetap berada di kemah suci itu. Bilamana tidak, maka hadirat Tuhan tidak akan ada di dalamnya.

Di sisi lain, upacara pentahbisan ini menggambarkan dedikasi hidup yang sepenuhnya dari Harun dan anak-anaknya untuk melakukan tugas mereka sebagai imam. Ketika cuping telinga kanan, ibu jari tangan kanan dan ibu jari kaki kanan mereka di olesi dengan darah korban, hal itu melambangkan bahwa mereka harus mendedikasikan semua kemampuan dan tenaga mereka untuk pelayanan kepada Tuhan. Telinga mereka untuk mendengar dan belajar hukum Taurat dengan sungguh-sungguh. Tangan mereka untuk rajin bekerja dalam pelayanan yang kudus dan dalam tindakan-tindakan ketaatan. Kaki mereka dipakai untuk berjalan dalam kehendak Tuhan.

Semua dipercik dengan darah yang tujuannya sebagai sarana pengajaran kepada para Imam, bahwa mereka tidak dapat mendengar, bekerja, hidup berguna dan berkenan kepada Tuhan tanpa ada darah penebusan.Karena darah korban itulah yang menyucikan dan menguduskan mereka, sehingga mereka layak untuk melakukan pekerjaan pelayanan yang kudus. Terbukti, ketika mereka melakukan pelayanan dengan setia, maka Tuhan menjadi sumber hidup mereka, yang memelihara dan mencukupi seluruh kehidupan mereka.


Imamat rajani

Alkitab mengatakan, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” (I Petrus 2:9). Firman Allah menyebut kita sebagai imamat yang rajani, karena darah Kristus, menjadi darah penebusan bagi kita, yang menyucikan kita dari segala dosa kita.

"Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian."(Efesus 1:7-8). Kalau kita disebut sebagai imam-imam kerajaan, maka darah Kristus telah dipercikkan ke telinga kita supaya kita memakai telinga untuk mendengar dan belajar Firman Tuhan. Ke tangan kita, supaya kita dapat rajin melayani Tuhan, dan melakukan FirmanNya dengan segala ketaatan. Ke kaki kita supaya kita selalu berjalan dalam kehendak Tuhan.

Oleh karena itu, Paulus menantang jemaat di Efesus untuk melakukan pekerjaan mereka, “Jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia” (Ef. 6:6-7).

Apabila kita melakukan pekerjaan hanya untuk mendapatkan gaji atau menyenangkan atasan, kita akan kehilangan motivasi yang tertinggi, yakni melakukan yang terbaik sebagai bukti dari pengabdian kita kepada Allah. Jadi, apa alasan kita bekerja? Sama seperti pekerja yang menjawab pertanyaan Wren, kita bekerja “untuk kemuliaan Allah.”

(Pdt. Samuel Handoko)

Comments