[Renungan] Ekspektasi - Pdt. Mulyadi Budiyanto

Tuhan meminta kita untuk memiliki ekspektasi. “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak- anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada- Nya.”(Matius 7:7-11).

Ekspektasi adalah suatu standard atau keadaan tertentu yang kita harapkan atau impikan.

Ekspektasi juga merupakan perpaduan antara impian, iman dan pengharapan. Ada 4 jenis orang sehubungan dengan ekspektasi.


Salah

Pertama, orang yang tidak memiliki ekspektasi atau ekspektasinya rendah. Tuhan merancang kita untuk memiliki ekspektasi yang tinggi, supaya potensi yang diberiNya dalam diri kita bisa digali dan dikembangkan secara maksimal. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki ekspektasi sama dengan membunuh potensi dalam dirinya.

Waktu kecil saya pernah hampir tenggelam. Pengalaman itu menahan saya untuk belajar berenang, padahal sebenarnya bisa jika mau belajar. Selain pengalaman masa lalu, penyebab seseorang tidak memiliki ekspektasi atau ekspektasinya rendah adalah tidak tahu harus meminta apa, tidak kuat menghadapi tekanan hidup, merasa nyaman berada di comfort zone atauneutral zone, cepat puas akan keadaan, terjebak dalam rutinitas, takut atau tidak suka akan  perubahan.

Yosua takut dan bingung ketika diminta Allah untuk menggantikan Musa memimpin bangsa Israel menuju Kanaan. Allah lalu berkata kepadanya, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka.” (Yosua 1:6).

Tuhan mengatakan, “Mintalah, maka engkau akan menerima”. Jika kita mau meminta kepada Tuhan, maka Tuhan akan menguatkan dan meneguhkan hati kita untuk memiliki ekspektasi. Jangan takut gagal!

Kedua, orang memiliki ekspektasi yang salah. Ada cerita seseorang menuntut gerejanya karena ia beranggapan bahwa pengajaran gerejanya sesat. Ia sudah mengikuti ajaran gerejanya yang mengatakan bahwa barangsiapa memberi persepuluhan akan mendapat balasan dari Tuhan 10, 60, 100 kali lipat. Saat itu ia dalam masalah keuangan, lalu menjual rumahnya dan memberikan seluruh uang hasil penjualan kepada gereja dengan harapan akan memperoleh pengembalian berkali-kali lipat dari Tuhan. Ternyata, setelah ditunggu, tidak terjadi apa-apa dan ia kecewa dengan gereja. Tuhan tidak menjawab doanya karena ia memberi dengan sikap hati dan motivasi yang salah.

Penyebab seseorang memiliki ekspektasi yang salah yaitu memiliki sikap hati yang salah, fokus kepada diri sendiri, dan meminta pada waktu yang salah.

Tuhan mengatakan, “Carilah maka kamu akan mendapat”. Kalau kita mencari kehendak Tuhan dan meminta sesuai kehendakNya, maka Tuhan akan memenuhi permintaan kita. Oleh karena itu, carilah kehendak Tuhan, maka Tuhan akan memberi hati dan waktu yang tepat untuk kita meminta dan menerima jawaban Tuhan.

Ketiga, memiliki ekspektasi yang benar. Kata kuncinya, “Ketoklah, maka pintu akan dibukakan.”“Mengetok” artinya kita harus berusaha lebih lagi, tidak lagi hanya meminta dan mencari. Ciri orang yang memiliki ekspektasi benar adalah hatinya benar, memiliki persiapan dan bertindak benar.

Suatu hari diadakan ibadah doa khusus meminta hujan. Lalu datanglah seorang anak membawa payung, dan mulai berdoa bersama jemaat lainnya. Melihatnya, jemaat menertawakan anak itu karena sudah sekian lama tidak turun hujan di kampung itu. Anak itu menjawab,“Saya percaya doa kita akan dijawab, makanya saya membawa payung.”Anak itu tidak hanya memiliki hati yang benar dan mempersiapkan diri, tetapi juga melangkah dengan tindakan yang benar.

Sebagai salah satu gembala Profesional Muda, saya mengerti bahwa menjangkau jiwa-jiwa adalah panggilan utama. Tapi tanpa persiapan, strategi, dan melangkah, Tuhan tidak akan menambahkan atau mempercayakan jiwa-jiwa dalam penggembalaan.

Memiliki ekspektasi yang benar tidak harus didasarkan pada perkara besar, tetapi bisa dimulai pada perkara kecil(Lukas 16:10-11). Belajarlah memilih ekspektasi mulai dari hal terkecil dalam kehidupan Anda, seperti pendidikan anak, kesehatan, dan lain-lain. Sekarang coba renungkan, apa ekspektasi Anda bagi keluarga, pekerjaan dan pelayanan Anda? Jika sudah ketemu, “minta, cari dan ketoklah”.


Yang terbaik

Keempat, ekspektasi yang tidak tercapai. Ada kalanya kita sudah melakukan semuanya dengan benar, tapi apa yang kita harapkan tidak tercapai. Lalu bagaimana sikap kita? Tuhan mengatakan, bahwa Bapa yang di Sorga selalu memberikan yang terbaik kepada anak-anak yang meminta kepadaNya.

Ketika harapan tidak tercapai, kita harus menguatkan iman percaya kita bahwa kehendak Tuhan adalah yang terbaik bagi kita, dan Dia sedang mempersiapkan sesuatu yang lebih baik dari apa yang kita harapkan. Buatlah keputusan untuk tidak menjadi pahit dan kecewa. Daripada marah, lebih baik kita berdamai dengan Allah. Daripada menyangkali, lebih baik kita menerima kenyataan yang ada. Itu lebih baik dan membuat hati kita lebih cepat pulih.

Carilah hikmah dan pelajaran atas setiap kejadian dan situasi yang kita hadapi. Saya percaya, ada berkat besar yang Tuhan sediakan bagi mereka yang tetap taat dan setia kepadaNya, terutama saat menghadapi masa sulit.

“Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan- Ku dari jalanmu dan rancangan- Ku dari rancanganmu". (Yesaya 55:8-9).

(Pdt. Mulyadi Budiyanto)

Comments