[TIPS] Perencanaan Keuangan yang Alkitabiah


Salah satu tipuan setan yang paling jitu adalah pemikiran bahwa kebahagiaan ada di dalam hal-hal yang kita miliki. Melalui dusta ini, dia telah membuat berhala lembu emas dan ilah yang disebut materialisme. Seperti anjing menggonggong di tengah jalan, setan membujuk setiap orang yang lewat, “datanglah,jilatlah kakinya, beli, jual, dapatkan keuntungan, dan miliki, itu semua akan membuat anda bahagia.”

Saudaraku, meskipun kita telah diselamatkan, kita tidaklah bebas dari sasaran setan atau terlepas dari virus materialisme. Seperti suatu wabah, hal itu menjangkiti kita disetiap sudut: televisi, media cetak, baliho, etalase dan jalanan. Godaan materialisme ada di mana-mana dan berusaha masuk ke dalam hidup kita melalui pesan yang indah dan manis didengar.

Alkitab telah memperingatkan kita untuk waspada dan berjaga-jaga terhadap tipu muslihat setan (1 Pet. 1:13; 5:8). Mengapa? Karena, jika kita tidak berjaga-jaga, setan akan mengubah fokus kita dari melayani Tuhan secara pelan-pelan menjadi melayani iblis (1 Pet. 2:9).

Uang adalah perkara kecil (Lukas 16:10). Kenapa? Karena uang tidak bisa membeli dan memberi kebahagiaan. Uang tidak bisa memberikan hidup kekal atau makna hidup yang sejati (Yes. 55:1-3; Why. 3:17-18). Tetapi, tidak ada yang lebih memperlihatkan hubungan kita dengan Tuhan seperti sikap kita terhadap uang.

Yesus Kristus menjelaskan bahwa salah satu tanda seseorang memiliki kehidupan rohani yang sehat adalah memiliki sikap yang benar terhadap harta. Enambelas dari tigapuluh delapan perumpamaan Yesus berkaitan dengan uang. Satu dari sepuluh ayat dalam Perjanjian Baru berkaitan dengan keuangan. Alkitab memiliki 500 ayat mengenai doa, kurang dari 500 ayat mengenai iman, tapi lebih dari 2,000 ayat mengenai uang. Uang merupakan masalah yang sangat penting karena sikap seseorang terhadapnya sangat menentukan seperti apa hubungannya dengan Tuhan, berkenaan dengan pemenuhan rencanaNya dalam hidup ini.

Petunjuk Mengenai Menabung

Dukungan Alkitab
  1. Tuhan mengarahkan Yusuf untuk menyimpan atau menabung untuk masa depan (Kej. 41:35).
  2. Menabung untuk masa depan menunjukan hikmat Tuhan dan dinyatakan ciptaan Tuhan lainnya (Ams. 21:20; 30:24-25; 6:6-8).
  3. Menabung untuk masa depan merupakan tanggung jawab pelayanan untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang dapat diperkirakan maupun yang darurat (1 Tim. 5:8; 2 Kor. 12:14, Ams 13:22).
Petunjuk Alkitab:
  1. Menjaga pandangan yang benar akan kepemilikan. Ingat! Semua kekayaan kita berasal dari Tuhan. Kita adalah pengelola, bukan pemilik (1 Taw. 29:11-16; Luk. 16:12).
  2. Menjaga pandangan yang tepat akan keamanan. Kita harus meletakan kepercayaan dalam Tuhan dan bukan pada kekayaan kita (1 Tim. 6:17).
  3. Hati-hati terhadap motivasi, prioritas, dan alasan yang tidak murni dan tidak Alkitabiah mengenai menabung seperti kekhawatiran dan menimbun karena ketidakamanan atau ketamakan (Mat. 6:25-33; Luk. 12:13-31).
  4. Keputusan mengenai masa depan harus dibawa dalam doa dan berserah pada kehendak Tuhan (Yak. 4:13-15).
  5. Memberi dari hasil tabungan atau investasi Anda (Luk.12:16-21; 1 Tim. 6:18-19; 1 Yoh. 3:17).
  6. Hindari investasi yang beresiko terlalu tinggi (spekulatif) atau menjadi kaya dengan cara instan dan tidak masuk akal (Ams. 21:5; 28:20, 22; 1 Tim. 6:9).
  7. Mengawasi prioritas. Menjadikan kerajaan Allah sebagai investasi nomor satu (Mat. 6:20, 33; Luk. 12:31; 1 Tim. 6:18-19).
Petunjuk Mengenai Pengeluaran

Kepuasan
Kita harus belajar untuk puas dengan apa yang kita punya (Fil. 4:11-13; 1 Tim. 6:6, 17-19; Ibr. 13:5). Saat kita merasa cukup dengan apa yang kita miliki, kita bebas dari ketamakan dan perbudakan materialisme. Ini artinya kebebasan mengikuti Tuhan adalah kebebasan mengusahakan nilai dan tujuanNya. Bagaimana seseorang bisa mendapatkan kepuasan? Kepuasan merupakan hasil dari memiliki harta sorgawi dan meletakan seluruh kekhawatirannya kepada Tuhan, Bapa Sorgawi kita, yang berdaulat (Mat. 6:19-33; 1 Pet. 5:6-7).

Godaan
Waspadalah terhadap godaan dan ajaran dunia (Rom. 12:1-2; 13:11-14; 1 Pet. 1:13-16; 5:8). Ada ratusan ajaran setiap hari yang menarik perhatian kita melalui televisi, radio, iklan, dan majalah—semua dibuat untuk mendorong kita membeli hal-hal yang tidak kita perlukan, dengan uang yang sebenarnya tidak kita punyai, untuk membuat kagum orang yang tidak kenal, dan untuk mendapatkan kebahagiaan yang semu.
Mengevaluasi Pembelian Menurut Prinsip Alkitab
  1. Apakah kita membayar secara tunai ataukah pembelian itu membuat kita harus berhutang? (lihat petunjuk mengenai Kredit).
  2. Apakah kita memiliki damai sejahtera mengenai hal itu? (Rom. 14:23; Kol. 3:15) Kita perlu mengawasi kedenderungan kita untuk merasionalisasi—memberikan jawaban menipu pada diri sendiri merupakan hal yang buruk.
  3. Apakah itu suatu kebutuhan atau keinginan (ketamakan)? (1 Tim. 6:9; 1 Yoh. 2:15). Apakah itu berguna bagi keluarga, pertumbuhan rohani, kesehatan, pelayanan, nama Tuhan, dan meningkatkan kasih kita pada Tuhan atau sebaliknya menghalangi semua itu? (1 Tim. 3:4: 5:8; 1 Kor. 6:12).
  4. Apakah kita hidup dibawa standart atau di atas standart? Apakah gaya hidup yang kita terapkan adalah cukup atau boros? Apakah kita perlu mengurangi pengeluaran kita dengan mengurangi standar kepuasan? (Mat. 6:33; Luk. 12:15, 23; Ams. 15:16-17; 16:8; Pengkh. 5:10-11).
Petunjuk Mengenai Pinjam-Meminjam

Prinsip Dasar
  1. Alkitab mengajarkan memberi pinjaman daripada meminjam karena itu menghasilkan kebebasan dan pelayanan yang bijak (Ul. 15:5-6).
  2. Peminjaman atau hutang yang tidak bijak bisa membuat kita diperbudak (Ams. 22:7).
  3. Gunakan kredit sebijak mungkin dan hindari kredit sebisa mungkin. Walau tidak dihalangi oleh Alkitab, kredit pada umumnya dinyatakan dalam bentuk negatif. Roma 13:8 sering digunakan sebagai larangan untuk meminjam/berhutang, tapi ayat di atas tidak secara langsung melarang penggunaan kredit atau berhutang. Ayat tersebut jangan terlepas dari ayat-ayat sebelumnya, yan mana mengajarkan pentingnya seseorang membayar hutangnya baik secara fisik atau rohani diwaktu harus membayar.
  4. Mengenai kredit ada 2 alternatif dasar:
    (a) Beli sekarang dengan kredit dan bayar bersama dengan bunga.
    (b) Tabung sekarang dan beli kemudian dengan tunai dan simpan bunganya.
Jaga Pinjaman Sekecil Mungkin
  1. Bunga pinjaman menambah biaya hidup dan mengurangi kemampuan kita untuk melayani dengan baik. Jika kita harus meminjam, kita harus mencari bunga yang rendah dan jangka pendek.
  2. Kredit bisa berbahaya karena itu bisa memperbudak orang kepada kreditor dan keinginan mereka daripada keinginan Tuhan. Itu membuat dorongan untuk terus membeli lebih kuat. Sistem dunia sangat tergantung pada pembelian sebagai penenang kebosanan dan frustasi hidup.
  3. Kredit bisa menjadi pengganti kepercayaan pada Tuhan dan mendapatkan apa yang kita inginkan tanpa menunggu waktu Tuhan. Kita menggunakan itu untuk mengurangi ketergantungan pada Tuhan. Kenapa? Karena kita sering takut Dia tidak memberikan apa yang kita inginkan saat kita menginginkannya (Ps. 37:7-9, 34; 147:11; Matt. 6:30-34; Fil. 4:19).
  4. Kredit mengurangi kemampuan kita memberi pada Tuhan dan mereka yang membutuhkan.
  5. Penggunaan kredit sering merupakan kegagalan untuk puas dengan apa yang telah kita miliki (dosa ketidakpuasan) (Fil. 4:11; 1 Tim. 6:6-8; Ibr. 13:5). Orang yang materialistis tidak pernah puas, tapi yang mengandalkan Tuhan belajar untuk mencukupkan diri.
Apa yang ‘Jangan’ dalam Meminjam
  1. Jangan membeli sesuatu dengan hutang jika itu akan menghancurkan kebebasan keuangan kita.
  2. Jangan berhutang sekarang atas alasan masa depan (seperti kenaikan harga atau penjualan yang lebih baik). Ini menyalahgunakan Tuhan dan kedaulatanNya.
  3. Jangan berhutang untuk rumah sebelum anda memiliki sumber pendapatan (Ams. 24:27).
  4. Jangan untuk kebutuhan sehari-hari, pengeluaran sehari-hari, atau untuk kesenangan.
  5. Jangan menggunakannya untuk hal-hal yang nilainya berkurang dengan cepat, kecuali jangka waktunya sangat pendek (yaitu, 30-90 hari).
  6. Mengenai barang benilai, seperti rumah atau investasi bisnis, jangan meminjam di luar kemampuan anda.
  7. Jangan mengijinkan hutang (tidak termasuk gadai) lebih dari 20 % take-home pay. Ambil yang 10 persen atau kurang.
  8. Jangan ijinkan pembayaran gadai (termasuk insuransi dan pajak) lebih dari 25 atau 30 persen take-home pay.
Pertanyaan yang Diperlukan Sebelum Meminjam
  1. Apakah saya benar-benar membutuhkannya?
  2. Apakah saya telah berdoa meminta Tuhan untuk itu dan menunggu cukup lama untuk dijawab olehNya?
  3. Apakah saya tidak sabar dan ingin memuaskan kesenangan secepatnya?
  4. Apakah Tuhan menguji iman, nilai, motivasi saya, dll.?
  5. Apakah saya tidak membelanjakan uang yang Tuhan sediakan untuk barang itu dengan baik atau melanggar prinsip keuangan Tuhan?
  6. Apakah saya bersalah karena:
    • Pelit: “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan” (Ams. 11:24; 11:25-27).
    • Terburu-buru: “Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman” (Prov. 28:20).
    • Malas: “maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata” (Prov. 24:34).
Petunjuk dalam Memberi

Tuhan Mengharapkan Kita untuk Memberi
  1. Melalui Karya AnugrahNya: Melalui hubungan dengan Dia, memberi merupakan hasil karya anugrah Tuhan dalam hidup sehingga itu menghasilkan komitmen hidup seseorang pada Tuhan dengan pemberian yang mengalir keluar dari komitmen itu (2 Kor. 8:1-2, 6-7; 9:9-11).
  2. Dalam Iman: Dia telah berjanji untuk mencukupi seluruh kebutuhan kita; pemberian kita tidak akan menbuat kita kekurangan (2 Kor. 9:7; Fil. 4:19).
  3. Dengan Memiliki Tujuan: Kita memberi dengan perencanaan yang seksama dan dibawa dalam doa. “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya” (2 Kor. 9:7).
  4. Secara Teratur: “Dihari pertama setiap minggu” menolong untuk mendorong ketekunan dan disiplin dalam memberi. Ini menciptakan konsistensi dan keteraturan yang menyatakan niat kedalam tindakan (1 Kor. 16:2).
  5. Secara Pribadi: “Biarlah setiap kamu” memenuhi kebutuhan setiap orang percaya dengan membuat pemberian sebagai tanggung jawab pribadi yang diberikan Tuhan (1 Kor. 16:2).
  6. Secara Sistematis: “sisihkan dan simpan” menimbulkan kebutuhan untuk memiliki metode atau system dimana uang untuk pekerjaan Tuhan secara khusus disisihkan, disimpan untuk diberikan, sehingga tidak digunakan untuk hal lain (1 Kor. 16:2).
  7. Secara Proporsional: Dalam Perjanjian Baru, menyisihkan sebagian untuk diberikan (sebagai persepuluhan) telah digantikan oleh prinsip anugrah pemberian, secara sukarela, bertujuan, dan proporsional. Standar baru sekarang ini adalah “sesuai berkatNya” (1 Kor. 16:2), “memberi menurut kemampuan mereka” (2 Kor. 8:3), “Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu. Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.…” (cf. 2 Kor. 8:12-15, Mark 12:41-44), dan “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan” (2 Kor. 9:7).
Kepada Siapa Kita Harus Memberi?
  1. Gereja Lokal. “Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu” (Gal. 6:6; cf. juga 1 Tim. 5:17-18). Jika gereja local akan membentuk pusat pelayanan keluar, maka sudah sewajarnya jika itu menjadi prioritas pertama anda dalam memberi.
  2. Organisasi lain dan Individu. Ini termasuk misi, kelompok para-church dan individu yang terlibat dalam pelayanan ini (3 John 5-8).
  3. Sesama Orang Percaya yang Membutuhkan. Mereka yang tidak mampu menyokong diri sendiri atau yang menghadapi masalah serius harus ditolong sebisa mungkin. Mereka yang menolak bekerja jangan didukung (1 John 3:17; Jam. 2:15-16; Gal. 6:10; Heb. 10:33-34; 13:1-3 with 2 Thess. 3:6-10).
  4. Orang Belum Percaya yang Membutuhkan. Prioritas pertama kita adalah mereka yang seiman, tapi kita juga menjangkau orang lain yang membutuhkan sebisa mungkin (Gal. 6:10).
Pemberian yang Proporsional
Apa artinya memberi secara proporsional? Bagaimana itu menentukan berapa banyak yang harus diberi? Sangat mudah menentukan sepuluh persen dari seluruh jumlah pendapatan kita sebulan. Tetapi berapa banyak pemberian proposional itu? Apakah “sekehendak hatinya,” atau “sebanyak dia diberi,” atau “semakmurnya dia,” atau “jika ada kemauan maka baiklah memberi menurut apa yang didapat …” Sebanyak apa itu?
  1. Itu bukan suatu jumlah tertentu, atau persentase tertentu, tapi suatu proporsi didasarkan atas apa yang dimiliki seseorang, kebutuhan seseorang, dan kebutuhan orang lain, termasuk pekerjaan Kristus atau pelayanan gereja lokal.
  2. Mereka yang memiliki sedikit juga memberi semampu mereka (2 Kor. 8:2-3).
  3. Mereka yang tidak memiliki apapun, jika ada kerelaan, tidak diharapkan memberi apapun (2 Kor. 8:12).
  4. Mereka yang kurang (kebutuhan pokok) akan menerima dari mereka yang lebih sehingga ada keseimbangan (2 Kor. 8:13-15). Ini bukan socialism atau komunisme yang memaksa dan mengusahakan adanya kesamaan diluar keragaman lingkungan dalam bekerja, bakat, dan insentif pribadi (cf. 2 Tim. 6:17f).
  5. Tuhan tidak meminta mereka yang memiliki banyak untuk menjadi miskin atau membebadi mereka yang kaya (2 Kor. 8:13). Keseimbangan yang dinyatakan dalam pemberian yang proporsional ada 2 sisi: (a) Meliputi bantuan untuk menolong orang yang membutuhkan sampai mereka mampu secara keuangan melalui bekerja (Eph. 4:28; 2 Thess. 3:10-15). Kita tidak memberi sehingga orang lain bisa hidup enak atau memiliki standar hidup yang sama dengan semua orang. (b) Ini menciptakan keseimbangan dalam pengertian bahwa mereka yang kurang memberi sesuai kemampuan demikian juga yang mampu sesuai dengan kemampuannya.
  6. Mereka yang berkelimpahan harus kaya dalam pekerjaan baik, mereka harus menggunakan kelimpahannya dengan bebas untuk Kristus (2 Cor. 8:14; 2 Tim. 5:17-18).
  7. Kemakmuran yang meningkat janganlah menghasilkan standar hidup yang terus meninggi, atau pengeluaran yang percuma,tapi peningkatan dalam memberi, tidak hanya jumlah tapi dalam persentase. Jika orang percaya masa kini berkomitmen pada pemberian yang proporsional, banyak orang yang akan memberi lebih dari sepuluh persen. Statistik menunjukan, sebagian besar orang percaya memberi kurang dari 3-5 persen.
Definisi Pemberian yang Proporsional
Pemberian yang proporsional adalah pemberian yang sesuai dengan berkat Tuhan, sebagai pelayan yang ingin menginvestasikan hidupnya dalam kekayaan surgawi. Pemberian yang proprosional tidak berarti memberi lebih, tapi memberi sebagian besar dari pendapatan seseorang—bagian terbesar diberikan untuk pekerjaan Tuhan.

Dalam Pemberian yang Proporsional:
  1. MOTIF KITA dalam memberi adalah berkat Tuhan, untuk meningkatkan buah dan mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan (2 Kor. 9:8-15).
  2. UKURAN KITA dalam memberi adalah berkat material dari Tuhan (1 Kor. 16:2).
Ilustrasi mengenai Pemberian yang Proporsional:
Orang percaya A memiliki pendapatan $20,000 setahun dan dia memberi sepuluh persen, yaitu $2,000. Orang percaya B memiliki pendapatan $50,000 setahun dan memberikan sepuluh persen, yaitu $5,000. Orang percaya B telah memberi $3,000 lebih banyak dalam setahu tapi ini tidak proporsional karena Orang percaya A hanya memiliki $18,000 untuk dihidupi dan Orang percaya B masih memiliki $45,000, dua kali lebih banyak. Orang percaya B bisa memberi 20 persen ($10,000) dan masih memiliki $40,000 tetap dua kali lebih banyak dari Orang percaya A. Orang percaya B tidak hanya harus memberi lebih banyak tapi secara proporsi juga harus lebih banyak.

Janji Tuhan untuk Pemberi yang Murah Hati
Lukas 16:10-11: Umumnya, Tuhan tidak mempercayakan kekayaan yang lebih banyak pada kita sampai kita terbukti setia dengan apa yang kita punya sekarang.

2 Korintus 9:8-11: Pemberian kita tidak akan membuat kita kekurangan; Tuhan tidak saja menyediakan apa yang telah kita berikan, tapi dia akan meningkatkan kemampuan kita dalam memberi saat kita memberi dengan limpah. Tujuannya disini bukan untuk meningkatkan kekayaan pribadi, tapi pemberian.

Tantangan Alkitab Mengenai Kekayaan Duniawi

Dimana Harta Kita?

Prinsip Dasar: Apa yang kita kumpulkan menentukan cara pandang kita akan nilai hidup (Mat. 6:22-23).
Pandangan Alkitab: Harta kita ada di sorga (Mat. 6:19-20).
Alasan Alkitab:
  1. Harta kita permanent di sorga (Mat. 6:20; 1 Pet. 1:4).
  2. Harta dibumi itu sementara dan bisa hilang. Kita tidak bisa membawa harta dunia kita kesorga (Luk. 12:20-21; 1 Tim. 6:7).
  3. Harta dunia kita tidak memuaskan karena tidak bisa membeli kebahagiaan sejati (Isa. 55:1-3; Luk. 12:15, 23; Pengkhotbah. 5:10).
  4. Harta dunia kita tidak bisa memperpanjang hidup atau memberikan keamanan (Luk. 12:16-21).
  5. Harta kita menentukan prioritas kita. Tanpa harta yang benar, kita akan mengejar hal yang sala dan menyia-nyiakan hidup kita (Matt. 6:21; Luk. 12:34; 1 Tim. 6:9-10; Luke 19:23-26).
  6. Harta terbesar kita adalah kesalehan, yaitu hidup yang penuh ucapan syukur (1 Tim. 6:6; Ibr. 13:5; Fil. 4:11-12; Ams. 15:17; 16:8; 17:1).
Penjelasan Alkitab: Harta sorgawi terdiri dari mahkota, upah, dan tanggung jawab yang diberikan pada orang percaya dikursi penghakiman Kristus bagi pelayan yang setia (Luk. 19:16-19; 1 Kor. 3:12-15; 9:25; 1 Tes. 2:19; 2 Tim. 4:8). Harta terutama adalah Tuhan dimuliakan (1 Pet. 4:11; Why. 4:9-11).

Siapa Tuan Kita ?

Seorang pelayan tidak bisa melayani dua tuan. Kita tidak bisa melayani Tuhan sekaligus melayani Mamon (materialisme) (Luk. 16:1-13; Mat. 6:24).

Alasan Alkitab: Tidak mungkin melayani dua tuan disaat yang sama. “ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain” (Luk. 16:13).

Pandangan Alkitab:
  1. Lukas 16:1-2: Hidup adalah pelayanan dan kita adalah pelayan Tuhan yang bertanggung jawab atas pelayanan yang dipercayakan pada kita. Berhenti berpikir seperti pemilik. Mulai berpikir seperti manajer/penatalayanan/pengelola.
  2. Lukas 16:1, 11-12: Kita memboroskan milik Tuhan dalam hidup kita atau menginvestasikannya dengan bijak bagi kemuliaanNya?
  3. Lukas 16:10: Uang, dalam nilai sejatinya, merupakan hal “kecil”, tapi, kesetiaan dalam hal kecil (uang) merupakan tanda kesetiaan kita dalam hal besar (nilai kekal).
  4. Lukas 16:11: Penggunaan uang adalah ujian dari kesetiaan kita.
  5. Lukas 16:11: Uang tidak menunjukan kekayaan yang sebenarnya.
  6. Lukas 16:12: Uang harus digunakan secara bijak dan setia sebagai bagian dari pelayanan kita kepada Tuhan.
  7. Lukas 16:12: Uang dan pendapatan, jika kita tidak hati-hati, bisa menjadi tuhan/berhala kita.
Tantangan Alkitab:
  1. Apakah saya hamba uang dan harta duniawi? Apakah mungkin saya tidak mengetahuinya? Kita harus memilih antara melayani uang atau Tuhan!
  2. Apakah saya mengorbankan kualitas seperti Kristus dan tanggung jawab dalam mengejar harta dunia? (a) hati nurani yang murni;
    (b) kejujuran, moral;
    (c) Persahabatan;
    (d) Kehidupan keluarga (istri, suami, anak, saudara);
    (e) Reputasi;
    (f) Kemuliaan Tuhan, dll.
  3. Apakah saya lebih peduli pada harta dunia dan masalah keuangan daripada hubungan saya dengan Tuhan dan kebenaran-Nya?
    (a) Apakah prioritas saya;
    (b) Bagaimana dan di mana saya menghabiskan waktu;
    (c) Apa yang paling saya pikirkan— apakah itu uang atau hubungan dengan Tuhan, atau bagaimana mengembangkan kehidupan iman saya?
  4. Apakah saya mencari uang dan harta dunia (prestise, kuasa, kedudukan, kesenangan, kepemilikan, dll.) Semua itu bisa Tuhan berikan?
    (a) Kebahagiaan, sukacita sejati;
    (b) Kepuasan;
    (c) Damai dalam Pikiran;
    (d) Keamanan;
    (e) Tujuan dan arti hidup.
Jika jawaban anda ya, maka uang telah menjadi tuhan atas dirimu! Renungkanlah!!!

Kesimpulan
Setelah mempelajari prinsip-prinsip ini, tanyakan hal ini: Apakah saya mau memberi diri pada konsep ini sebagai cara hidup untuk menjadi anak Tuhan atau pelayan Tuhan yang baik? Biarlah Tuhan menjauhkan kita dari berhala patung lembu emas materialisme.

Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini. Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. (1 Petrus. 1:17-19).

Alkitombuku & Mr. J. Hampton Keathley, III Th.M. 

Comments