Lectio Divina Sumber Wikipedia |
Lectio Divina adalah sebuah kalimat bahasa Latin untuk "pembacaan Ilahi" dan mewakili sebuah teknik monastik awal dari doa yang berlanjut dalam praktek di dalam kehidupan dan perutusan. Walaupun tidak terlalu tersebar luas dan dimaksudkan untuk mencapai kemanunggalan dengan Tuhan selain untuk memberikan pengertian spiritual dan kedamaian dari pengalaman ini. Ini merupakan sebuah cara untuk berdoa dengan Kitab Suci yang memanggil orang untuk mempelajari, menyelami, mendengarkan, dan akhirnya berdoa dari Sabda Tuhan.
Istilah Lectio Divina berasal dari Origenes. Menurut asal usulnya Lectio Divina adalah pembacaan Kitab Suci oleh orang-orang Kristiani untuk memupuk iman, harapan dan kasih. Lectio Divina sudah setua Gereja yang hidup dari Sabda Allah dan tergantung dari padanya seperti air - dari sumber Dei Verbum 7,10,21.
Kitab Suci adalah ekspresi manusiawi dari wahyu Ilahi (bdk. Raymond E. Brown). Maka Kitab Suci pun disebut sebagai Sabda Allah. Dengan demikian, aktivitas membaca dan merenungkan Kitab Suci merupakan aktivitas untuk mendengarkan sabda-Nya dan apa yang dikehendakiNya atas hidup kita masing-masing. Ada berbagai metode untuk membaca dan merenungkan Kitab Suci. Salah satunya adalah Lectio Divina. Lectio divina yang arti harafiahnya dalam bahasa Indonesia adalah “bacaan suci” merupakan sebuah cara untuk “berdoa dengan menggunakan Kitab suci”. Cara doa ini didukung oleh St. Hieronimus, St. Agustinus, St. Benediktus dan para kudus lainnya. St. Dominikus mencantumkannya sebagai cara kedelapan dari “sembilan cara doa” yang diajarkannya. Bagaimana melakukan Lectio Divina untuk Berdoa dengan menggunakan Kitab suci?
Lectio Divina terdiri dari empat tahap : Lectio atau pembacaan, meditatio atau permenungan dengan akal budi, oratio atau doa dan comtemplatio atau mencecap permenungan dalam hati. Tahap-tahap ini bukanlah suatu tahapan yang harus diikuti secara ketat karena pembagiannya terutama tiga yang terakhir adalah pembagian secara teoretis. Ketika dalam tahap lectio bisa jadi anda sekaligus sudah membaca, merenungkan dengan akal budi, membaca kembali, mencecap permenungan dalam hati, membaca kembali, berdoa, bermenung dengan akal budi, dsb.
a. Lectio : Pembacaan
Ketika anda membaca teks baik sendiri maupun bersama dalam kelompok, perikop tersebut harus dibaca dengan keras. Dengan mendengarkan sabda Allah, hati kita bisa diubah. Ketika anda membaca, pertanyaan yang harus kita ajukan adalah “Apakah yang mau dikatakan oleh teks ini?” Komentar dan pertanyaan-pertanyaan dikusi akan membantu menjawab pertanyaan tersebut.
b. Meditatio : permenungan dengan akal budi
Kata “bermenung dengan akal budi” kadang bisa disalah mengerti, namun arti yang sebenarnya adalah “berpikir tentang”. St. Ignatius menyebutnya “pencecapan”. Mencecap teks Kitab Suci. Pertanyaan yang perlu diajukan pada tahap ini adalah : “Apakah yang mau dikatakan oleh teks ini padaku?” Pikirkanlah teks tersebut sebagai keseluruhan. Tanyakanlah pada dirimu sendiri mengaoa Gereja menggunakan teks khusus dari PL dan PB tersebut. Manakah kata-kata, frase atau ayat khusus yang menyentuh dirimu? Apakah ada kata, frase atau tema tertentu yang memberi pemahaman baru padamu? Teks ini memberi petunjuk dan arahan apa bagi hidupmu? Pertanyaan-pertanyaan refleksi yang diberikan dalam pembelajaran ini akan sangat membantu namun karena anda mendekati teks Kitab Suci dengan cara yang lebih pribadi, ruang lingkup kehidupanmu sendiri akan sangat membantu permenunganmu.
c. Oratio : doa
Permenungan Kitab Suci secara alami akan mengantar anda untuk berdoa. Apa yang ingin anda katakan pada Allah? Tanggapan apakah yang diharapkan teks Kitab Suci tersebut dari anda?
d. Contemplatio : mencecap permenungan dalam hati
Beberapa orang mengusulkan bahwa orang harusnya menggagas kontemplasi sebagai “hening” bersama Allah. Analoginya adalah sebagai berikut : Dua teman lama atau sepasang suami istri bisa hidup bersama dalam keheningan yang sangat menyamankan hati. Mereka saling mencintai satu sama lain dan menikmati kebersamaan satu sama lain. Keheningan di antara mereka tidak terasa mengancam ataupun menakutkan dan salah satu dari mereka tidak terdesak untuk mengisinya dengan kelakar ataupun kebisingan. “Hening” bersama Allah hanyalah menikmati kebersamaan bersama Dia dan menikmati cintaNya yang ingin dicurahkanNya kepada kita, anda dan saya.
e. Actio : Tindakan
Beberapa orang mengusulkan bahwa tahap kelima harus juga dimasukkan, yaitu tindakan. Para dominikan mengatakan “contemplare et contemplata aliis tradere” (bermenung dan menyampaikan kepada orang lain buah-buah permenungan tersebut). Setelah membaca, bermenung dengan akal budi, berdoa dan mencecap permenungan dengan hati kita bisa bertanya : Teks tersebut memanggil saya untuk membuat perubahan hidup semacam apa, untuk ber-metanoia, untuk bertobat? Bagaimana teks itu membantuku untuk makin serupa dengan Kristus yang memberikan diri bagi orang lain?
diambil dari stmikael-gombong.net
Comments
Post a Comment