Wilayah Yudea pada saat Herodes Agung memerintah Sumber Wikipedia |
Herodes Agung, penguasa pertama dari wangsa Herodes Sumber Wikipedia |
Herodian adalah nama bagi kelompok yang menjadi pengikut setia dinasti Herodes, yakni Herodes Agung dan keluarganya, yang pada waktu itu menjadi penguasa Palestina di bawah pemerintahan Romawi.[1][2][3][4] Seperti kaum Saduki, golongan Herodian adalah sebuah partai politik dan berorientasi pada kepentingan politik.[1][5] Perbedaan antara keduanya, kaum Saduki masih memiliki landasan religius sedangkan golongan Herodian hanya tertarik pada motif politik.[1]
Selain bersifat politis, golongan Herodian juga terbuka terhadap helenisasi.[1] Sikap konformitas itu juga terlihat dari sikap politik mereka yang mendukung Herodes Agung yang berasal dari suku Idumea/Edom.[1] Karena itu, di mata masyarakat Yahudi pada umumnya yang tidak menyukai dipimpin oleh orang-orang asing, kaum Herodian dipandang rendah sebagai kolaborator penguasa asing.[4] Meskipun demikian, kaum Herodian ini adalah orang-orang Yahudi.[3] Di dalam Alkitab Perjanjian Baru, nama Herodian pernah disebut di dalam Matius 22:16, Markus 3:6, dan Markus 12:13.[3]
Kaum Herodian telah ada sejak abad ke-1 SM, yakni pada saat Herodes Agung memegang kekuasaan atas Palestina.[1][3][4] Tampaknya kaum inilah yang dimaksud Flavius Yosefus ketika ia menyinggung keberadaan "pengikut-pengikut Herodes".[3] Kaum ini terus berada di sekitar pemerintaha dinasti Herodes, yakni pada saat pemerintahan Herodes Antipas dan Herodes Agripa.[4]
Pada tahun 40-an M, Herodes Agripa berhasil mempersatukan seluruh wilayah Palestina karena mendapat dukungan dari kaisar Caligula dan Claudius, serta menjadikan Palestina sebagai salah satu kekuatan di wilayah tersebut.[4] Akan tetapi, Herodes Agripa meninggal secara tiba-tiba sehingga kerajaannya terpecah belah dan diambil-alih oleh pemerintah Romawi kembali sehingga nasib kaum Herodian tidak jelas.[4] Secara pasti, kaum Herodian menghilang setelah masa perang Yahudi pertama.[4]
Referensi
[1]^ a b c d e f (Indonesia)Lawrence E. Toombs. 1978. Di Ambang Fajar Kekristenan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 57.
[2]^ (Inggris)Bart D. Ehrman. 2004. The New Testament: A Historical Introduction to the Early Christian Writings. New York, Oxford: Oxford University Press. P. 39.
[3]^ a b c d e (Indonesia)H. Jagersma. 1991. Dari Aleksander Agung sampai Bar Khokhba: Sejarah Israel dari ± 330 SM - 135 M. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 159.
[4]^ a b c d e f g (Inggris)James W. Ermatinger.2006. Daily Life in the New Testament. Westport, Connecticut: Greenwood Press. P. xv.
[5]^ (Indonesia)J.H. Bavink. 1990. Sejarah Kerajaan Allah Jilid 2A. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 18.
Sumber Wikipedia
Referensi
[1]^ a b c d e f (Indonesia)Lawrence E. Toombs. 1978. Di Ambang Fajar Kekristenan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 57.
[2]^ (Inggris)Bart D. Ehrman. 2004. The New Testament: A Historical Introduction to the Early Christian Writings. New York, Oxford: Oxford University Press. P. 39.
[3]^ a b c d e (Indonesia)H. Jagersma. 1991. Dari Aleksander Agung sampai Bar Khokhba: Sejarah Israel dari ± 330 SM - 135 M. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 159.
[4]^ a b c d e f g (Inggris)James W. Ermatinger.2006. Daily Life in the New Testament. Westport, Connecticut: Greenwood Press. P. xv.
[5]^ (Indonesia)J.H. Bavink. 1990. Sejarah Kerajaan Allah Jilid 2A. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 18.
Sumber Wikipedia
Comments
Post a Comment