Judul: Tidak untuk selamanya
Mazmur 74 adalah keluhan yang bersifat komunal. Keluhan umat adalah karena musuh yang telah menjajah dan menjarah negeri mereka (4-8). Penindasan itu begitu berat, sementara Tuhan sepertinya berdiam diri (9). Mereka merasa terbuang dari Tuhan (1), seperti burung merpati dalam cengkeraman binatang liar (19).
Bila konteks keluhan ini adalah pembuangan ke Babel, maka perasaan terbuang "untuk seterusnya" atau selama-lamanya sangat wajar (1, 3, 10, 19). Bagi Yehuda ini adalah pengalaman terjajah dan terbuang yang terberat sejak Bait Allah didirikan. Bagi generasi yang lahir pada masa pembuangan, pertanyaan mereka tentunya, apakah untuk seterusnya kami akan terjajah dan tertindas seperti ini?
Pemazmur mewakili umat memohon agar Tuhan kembali peduli kepada mereka. Bukankah Tuhan pada masa lampau telah membuktikan diri-Nya yang berkuasa atas semesta alam (12-17)? Bagaimana mungkin Allah yang sedemikian seperti tidak berdaya menghadapi para musuh umat-Nya? Kalau dahulu Allah sudah pernah menang menghadapi perbudakan Israel oleh Mesir. Bagaimana mungkin sekarang Allah seakan membiarkan para musuh yang 'menang'? Nama Tuhan dipertaruhkan bila umat-Nya terus menerus dilecehkan musuh (10, 18, 22). Bagian akhir mazmur ini adalah permohonan agar Tuhan segera menolong dan memulihkan mereka.
Dari perspektif Kristen, Kristus sudah menang tuntas di Golgota. Walaupun kemenangan yang sempurna baru kita nikmati pada kedatangan-Nya kedua kali, sekarang ini dan dalam berbagai kesempatan kita boleh mengalami kemenangan Tuhan atas berbagai musuh. Maka, bila kita sebagai umat-Nya mengalami berbagai penderitaan dan aniaya oleh karena iman kita kepada-Nya, jangan berhenti berharap. Ubahlah pertanyaan pemazmur dari "berapa lama lagi...?"(10) menjadi pernyataan, "tidak untuk selamanya!"
Santapan Harian
diambil dari sabda.org
|
Comments
Post a Comment