Kesaksian - Kasih Allah menyatukan Keluargaku

.... Berbulan-bulan Christina tinggal terpisah dengan keluarganya. Ia menjadi semakin terpuruk dan kecewa. Christina merasa Tuhan jahat karena telah mengambil semua yang ia punya. Pada suatu hari Christina berniat untuk bunuh diri dengan memotong urat nadinya, tetapi ia tersadar bahwa bila ia mati, siapa yang akan membela keluarganya. Kekecewaan makin dalam terhadap Tuhan. Ia menantang Tuhan, bila Tuhan ada maka seharusnya Tuhan mempersatukan keluarga nya kembali....




Hidup bergelimangan harta tidak menjadi jaminan untuk hidup bahagia. Bahkan pertengkaran sering terjadi hanya karena uang. Kasih sayang dari orangtua mulai sirna. Hal itulah yang membuat Crhristina menjadi kecewa terhadap orangtuanya. Christina merasa sudah tidak diperhatikan lagi. Kebutuhan yang seharusnya ia dapatkan sudah tidak dipenuhi oleh orangtuanya.


Tidak ada kepuasan dari sang ayah untuk mencari uang. Judi adalah hal yang menjadi lazim untuk ayah Christina dalam mencari uang. Christina dan ibunya pernah memergoki ayahnya sedang bermain judi. Pada saat itu Christina shock karena selama ini ia mempunyai pandangan bahwa ayahnya adalah ayah yang baik, tetapi setelah kejadian itu, ia menjadi kecewa terhadap ayahnya.

Semakin hari keadaan rumah Christina semakin memburuk. Ia merasa tidak nyaman lagi berada dirumah. Pada saat itulah ia merasa bahwa teman-temannya dan lingkungan gerejanya adalah tempat dimana ia dapat merasa tenang dan nyaman. Tetapi orangtua Chritina tidak mempercayai bahwa Christina memang benar pergi ke gereja. Christina semakin benci terhadap orangtuanya. Akhirnya Christina di usir oleh ayahnya. Ayah Christina menyuruh ia tinggal di gereja. Lalu Christina pun pergi dari rumah.

Pada hari yang lain di sebuah acara di gereja, Christina mendapat pengajaran untuk mengerti keadaan keluarganya. Christina sempat mengeraskan hati tetapi karena Tuhan yang menjamah hatinya, maka hati Christina dilembutkan dan Christina mengaku bahwa ia sakit hati terhadap orangtuanya. Pada akhirnya Christina bisa melepaskan pengampunan terhadap orangtuanya. Akhirnya ia mengerti mengapa hal itu bisa terjadi pada keluarganya. Dan Christina dipulihkan secara sempurna.

Masalah belum selesai sampai disini. Ada suatu kepercayaan yang Tuhan beri dalam hati Christina, bahwa Tuhan akan menyatukan keluarganya dan memulihkan keluarganya. Sampai pada suatu saat, masalah baru pun muncul. Karena ayahnya ditipu dalam pekerjaan maka harta benda merekapun habis. Orangtua Christina mengajak semua untuk pindah ke Surabaya, namun Christina tidak ingin ikut karena ia sudah merasa nyaman disana. Maka ia pun harus menerima bahwa keluarganya tidak bisa bersatu pada saat itu, padahal perekonomia keluarga saat itu sangat jatuh sekali.

Berbulan-bulan Christina tinggal terpisah dengan keluarganya. Ia menjadi semakin terpuruk dan kecewa. Christina merasa Tuhan jahat karena telah mengambil semua yang ia punya. Pada suatu hari Christina berniat untuk bunuh diri dengan memotong urat nadinya, tetapi ia tersadar bahwa bila ia mati, siapa yang akan membela keluarganya. Kekecewaan makin dalam terhadap Tuhan. Ia menantang Tuhan, bila Tuhan ada maka seharusnya Tuhan mempersatukan keluarganya kembali.

Lalu pada suatu hari, jawaban doanya mulai terjawab, ayahnya datang dan memanggilnya untuk berkumpul kembali. Tetapi  karena ia sudah merasa nyaman dengan teman-temannya yang ada pada saat itu, ia tidak ingin pindah dari sana. Dengan perjuangan untuk meyakinkan Christina akhirnya ayahnya dapat membawa Christina ke Jakarta dan bertemu dengan keluarganya.

Pada akhirnya Tuhan mempertemukan ia dan keluarganya kembali. Rasa haru dan bahagia pun ia rasakan. Kerinduan yang sudah lama terpendam sekarang telah terwujud. Doanya sudah dijawab. Ia dapat berkumpul lagi dengan mama, papa, adik-adiknya. Christina Bersyukur karena Tuhan memulihkan dan memulihkan keluarganya. "Saya berharap saya dan keluarga saya dapat melayani Tuhan dengan lebih sungguh lagi." kata Christina menutup kesaksiannya.

(Kisah ini ditayangkan pada 24 November 2008 dalam acara Solusi Life di O'Channel)
Sumber kesaksian:
Christina Rosdiana

Comments