Bisnis Keluarga

Tabernacle Family

Berbisnis bersama anggota keluarga atau kerabat tentunya harus ada rambu-rambunya agar sama-sama untung. Jika tidak, awalnya rencana bersama, ujungnya bencana keluarga.

Nehemia 10:31
Dan bilamana penduduk negeri membawa barang-barang dan berbagai-bagai gandum untuk dijual pada hari Sabat, kami tidak akan membelinya dari mereka pada hari Sabat atau pada hari yang kudus. Dan kami akan membiarkan begitu saja hasil tanah pada tahun yang ketujuh dan tidak akan menagih suatu hutang.

Kitab Nehemia ditulis pada saat bangsa Yahudi tinggal sebagai tawanan di Kerajaan Persia. Hal yang menyebabkan mereka terpuruk adalah mereka sebelumnya tidak disiplin dalam beribadah. Dalam kondisi di titik nadir, mereka membuat komitmen baru: mengutamakan TUHAN di atas segalanya. Komitmen ini nampak dari ayat di atas, yakni menguduskan hari Sabat untuk beribadah kepada TUHAN. Tawaran perdagangan yang menggiurkan tak mereka hiraukan jika jatuh pada hari Sabat. Hari Sabat khusus untuk TUHAN, sama sekali tak ada jual-beli.

Prinsip dasar menomorsatukan TUHAN dalam setiap aktivitas sering dilupakan anak TUHAN. Contohnya, banyak orang Kristen yang menganggap tidak apa-apa bila memenuhi ajakan meeting atau melakukan transaksi di waktu yang seharusnya untuk ibadah, buka toko pada hari Minggu sehingga mengorbankan waktu ibadah. Kalaupun datang ke gereja, di dalam gereja pikirannya masih tertuju pada bisnisnya, masih sibuk menghitung-hitung atau menelepon untuk urusan bisnisnya.

Apakah itu berarti anak TUHAN harus rela untuk rugi karena membuang peluang bisnis?

Nehemia 12:27-28
Pada pentahbisan tembok Yerusalem orang-orang Lewi dipanggil dari segala tempat mereka dan dibawa ke Yerusalem untuk mengadakan pentahbisan yang meriah dengan ucapan syukur dan kidung, dengan geracap, gambus dan kecapi.
Maka terkumpullah kaum penyanyi dari daerah sekitar Yerusalem, dari desa-desa orang Netofa.

Ternyata bukan kerugian yang dialami orang Yahudi. Tadinya mereka menomorduakan TUHAN sehingga menjadi tawanan, dan tembok kota Yerusalem dihancurkan. Namun, setelah mereka memperbaharui komitmen ibadah, orang Yahudi dapat membangun kembali tembok yang telah runtuh itu, dan orang-orang lewi dipanggil pulang ke Yerusalem dari tempat pembuangan untuk memeriahkan pentahbisan tembok Yerusalem dengan puji-pujian kepada TUHAN.

Mengutamakan TUHAN merupakan prinsip dasar bagi anak TUHAN dalam melakukan segala aktivitasnya secara individu. Bagaimana aturannya bagi antar anggota keluarga atau kerabat yang mau bermitra dalam bisnis atau dalam kegiatan lainnya, misalnya saja tinggal bersama untuk menempuh pendidikan di luar negeri? Kita akan belajar dari contoh-contoh di bawah ini.

Kejadian 13:7-9
Karena itu terjadilah perkelahian antara para gembala Abraham dan pada gembala Lot. Waktu itu orang Kanaan dan orang Feris diam di negeri itu.
Maka berkatalah Abraham kepada Lot: "Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat.
Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri."

Sewaktu ALLAH berfirman kepada Abram (yang kemudian diganti namanya oleh ALLAH menjadi Abraham) untuk meninggalkan negerinya menuju ke negeri yang ditunjukkan ALLAH, Lot (keponakan Abram) ikut pergi bersama Abram. Abram dan Lot memiliki kadar iman yang berbeda. Abram adalah seorang yang mengutamakan TUHAN, sedangkan iman Lot "asal-asalan". Awalnya, aktivitas yang dilakukan antara Abram dan Lot berjalan mulus. Kedua-duanya sukses dan kaya. Sama-sama untung bukan berarti tak akan ada masalah. Justru semakin bertambahnya ternak mereka, terjadi perselisihan antara gembala Abraham dan Gembala Lot.

Abram tak mengingkan terjadinya pertikaian antara gembala apalagi jika sampai merembet menjadi pertikaian antara Abram-Lot, antara om dan keponakan. Abram lebih menjunjung tinggi rasa persaudaraan di atas keinginan untuk meraih untung sebesar-besarnya. Sikap Abram ini menunjukkan sikap orang beriman yang mengutamakan TUHAN dan menghargai rasa persaudaraan. Uang dan harta menjadi nomor sekian bagi Abram. Dia tak ingin sampi putus hubungan keluarga gara-gara bisnis. Karena itu Abram mengambil keputusan untuk berpisah; jika Lot ke kiri Abram ke kanan, demikian pula sebaliknya. Abram memberikan kesempatan pada Lot untuk memilih terlebih dahulu lokasi bisnis yang diinginkan walau hal tersebut merugikan Abram. Dan Lot segera menyambar kesempatan itu, membuktikan dia lebih mementingkan meraup untung bagi dirinya sendiri.

Kejadian 14:15-16
Dan pada waktu malam berbagilah mereka, ia dan hamba-hambanya itu, untuk melawan musuh; mereka mengalahkan dan mengejar musuh sampai ke Hoba di sebelah utara Damsyik.
Dibawanyalah kembali segala harta benda itu; juga Lot, anak saudaranya itu, serta harta bendanya dibawanya kembali, demikian juga perempuan-perempuan dan orang-orangnya.

Lot memilih lokasi baru yang bagus untuk bisnis ternaknya: Lembah Yordan yang subur. Apakah Lot sukses di lokasinya yang baru? Ternyata, beberapa waktu kemudian Lot malah ditawan musuh! Iman yang tidak kokoh dari Lot dan orang Yahudi di zaman Nehemia membuat mereka menghadapi masalah ditawan musuh. Orang yang tidak menjaga hubungannya dengan TUHAN, dia tidak akan sukses dalam usahanya. Bertolak belakang dengan Abram memiliki prinsip iman, Abram memiliki kemampuan untuk membebaskan Lot. Tindakan Abram membuktikan pula bahwa dia adalah orang yang menghargai hubungan persaudaraan. Kendati pernah terjadi hal yang tak enak dalam kegiatan bisnis bersama Lot, Abram tetap menyayangi Lot sebagai saudaranya.

Selama Lot tak menata imannya, mungkin untuk sementara waktu dia sukses dalam bisnis di Sodom. Namun dengan Sodom dihancurkan TUHAN, hancur pulalah Lot dan keluarganya. Dia tidak dapat membawa harta yang telah dikumpulkannya, istrinya mati jadi tiang garam dan kedua anaknya bermoral bejat.

Kejadian 29:15, 25
Kemudian berkatalah Laban kepada Yakub: "Masakan karena engkau adalah sanak saudaraku, engkau bekerja padaku dengan cuma-cuma? Katakanlah kepadaku apa yang patut menjadi upahmu."
Tetapi pada waktu pagi tampaklah bahwa itu Lea! Lalu berkatalah Yakub kepada Laban: "Apakah yang kau perbuat kepada aku ini? Bukankah untuk mendapatkan Rahel aku bekerja padamu? Mengapa engkau menipu aku?"

Kita akan pelajari bisnis keluarga yang terjalin antara Laban dan Yakub, yang keduanya belum memiliki iman yang benar. Ketika Yakub dikejar-kejar Esau, dia lari ke rumah Laban, om-nya. Yakub bekerja pada Laban dan mulailah mereka melakukan transaksi bisnis. Bayaran yang diminta Yakub : menggembalakan ternak Laban selama tujuh tahun sebagai mas kawin untuk menikahi Rahel, anak Laban. Laban setuju, namun pada hari H, Laban mengingkarinya. Bukannya Rahel yang diberikan Laban sebagai istri Yakub, tapi Lea, kakak Rahel. Hal itu baru diketahui Yakub setelah melewati malam pengantin. Yakub protes. Tadinya hubungan Laban dan Yakub baik sebagai om dan keponakan, sebagai calon mertua dan calon menantu. Setelah Yakub ditipu Laban, mulailah Yakub sakit hati.

Mengapa Laban berbuat seperti itu? Sebab harta menjadi nomor satu bagi Laban. Dia melihat potensi Yakub sebagai manager yang baik, berusaha memanfaatkan Yakub dengan tidak langsung  memberikan Rahel. Laban takut Yakub segera hengkang dan membangun perusahaan sendiri setelah memperistri Rahel. Bahkan mungkin bisa menjadi pesaing Laban.

Kejadian 31:20, 36-37, 41
Dan Yakub mengakali Laban, orang Aram itu, dengan tidak memberitahukan kepadanya, bahwa ia mau lari.
Lalu hati Yakub panas dan ia bertengkar dengan Laban. Ia berkata kepada Laban: "Apakah kesalahanku, apakah dosaku, maka engkau memburu aku sehebat itu?
Engkau telah menggeledah seluruh barangku, sekarang apakah yang kau temui dari segala barang rumahmu? Letakkanlah di sini di depan saudara-saudaraku dan saudara-saudaramu, supaya mereka mengadili antara kita berdua.
Selama dua puluh tahun ini aku di rumahmu ; aku telah bekerja padamu empat belas tahun lamanya untuk mendapatkan kedua anakmu dan enam tahun untuk mendapat ternakmu, dan engkau telah sepuluh kali mengubah upahku.

Setelah dua puluh tahun bekerja sama dengan Laban, akhirnya Yakub mau diam-diam putus hubungan bisnis dengan Laban. Tanpa pamit, Yakub pergi dengan selurun anak-istrinya yang juga adalah anak-anak dan cucu-cucu Laban. Yakub tidak mementingkan hubungan kekeluargaan dengan Laban. Hal ini terjadi karena baik Yakub maupun Laban sama-sama memiliki andil untuk perpisahan itu. Saat itu iman Yakub sendiri masih labil; dia kesal dan ingin membalas Laban, sedangkan Laban mau untuk sendiri sehingga bersikap seenaknya saja kepada Yakub, keponakannya sekaligus menantunya sendiri. Laban mengubah-ubah gaji Yakub, tentunya untuk keuntungan Laban.

Akibatnya, Laban mengejar Yakub lalu menggeledahnya sehingga Yakub marah besar terhadap mertuanya. Padahal dulu, sambutan Laban baik: menawarkan kerjasama bisnis, sekarang sikapnya seperti polisi terhadap kriminal. Ternyata, Laban mencari terafimnya (patung berhalanya) yang hilang. Patung itu diambil Rahel yang dendam terhadap ayahnya sendiri. Tindakan Rahel ini juga didasari masalah uang, karena kesal perlakuan Laban terhadap Yakub. Rahel menduduki terafim itu dalam pelana untanya. Ketika Laban menggeledah, Rahel tidak mau turun dari untanya dengan alasan sedang haid. Rahel mencuri dan membohongi ayahnya sendiri. Puncaknya, Yakub memutuskan agar saudara-saudara mereka menjadi hakim atas pertikaian mereka. Landasan bisnis tanpa iman yang kokoh membuat hubungan ayak-anak-menantu menjadi kacau.

Berapa banyak hubungan keluarga yang rusak karena membangun hubungan bisnis tanpa adanya landasan iman dan mementingkan rasa kekeluargaan? Contohnya, mertua yang melihat menantunya punya potensi namun kurang modal lalu berinisiatif memberi modal. Anehnya, setelah menantunya sukses, sang mertua malah menganggapnya saingan. Bahkan berbuntut tuntut menuntut. Tidak adanya iman yang kokoh juga membuat orang akan bertindak semaunya. Misalnya, mentang-mentang terhadap saudara sendiri, perjanjian bisnis tidak ditepati.

Keluaran 3:1
Adapun Musa, ia biasanya menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung ALLAH, yakni gunung Horeb.

Contoh kerjasama lainnya adalah antara Yitro dengan Musa. Musa beriman, demikian juga Yitro yang menjadi imam di Midian. Pola bisnis antar orang beriman membawa langkah bisnis yang bersih, mengarah ke gunung ALLAH, menggambarkan kehidupan bisnis yang berkenan di hadapan TUHAN. Bandingkan dengan Lot yang langkahnya mengarah ke Sodom. Di gunung Horeb itulah Musa bertemu dengan ALLAH yang mengutusnya untuk membawa umat Israel keluar dari Mesir. Untuk menjalankan tugasnya, Musa harus memutuskan hubungan bisnis dengan mertuanya. Beda dengan Yakub, Musa pamit baik-baik. Sikap Yitro pun baik; dia tidak marah kepada Musa. Sebab prinsip Musa dan Yitro sama-sama menomorsatukan TUHAN. Bahkan Musa untuk sementara waktu menitipkan anak-istrinya kepada Yitro saat dia menjalankan tugas dari TUHAN tersebut. Hubungan bisnis boleh berakhir, hubungan keluarga tetap terikat kuat.

Keluaran 18:7-9
Lalu keluarlah Musa menyongsong mertuanya itu, sujudlah ia kepadanya dan menciumnya; mereka menanyakan keselamatan masing-masing, lalu masuk ke dalam kemah.
Sesudah itu Musa menceritakan kepada mertuanya segala yang dilakukan TUHAN kepada Firaun dan kepada orang Mesir karena Israel dan segala kesusahan yang mereka alami di jalan dan bagaimana TUHAN menyelamatkan mereka.
Bersukacitalah Yitro tentang segala kebaikan, yang dilakukan TUHAN kepada orang Israel, bahwa IA telah menyelamatkan mereka dari tangan orang Mesir.

Setelah Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, Yitro menemani Musa dengan membawa Zipora (istri Musa) dan kedua anak laki-laki Musa untuk kembali tinggal bersama dengan Musa. Pertemuan ini sangat berbeda dengan pertemuan Yakub dengan Laban yang sarat dengan aroma permusuhan. Musa menyambut mertuanya dengan sujud sebagai bentuk penghormatan, dan menciumnya sebagai tanda sayang. Mereka menanyakan keselamatan (keadaan) masing-masing lalu bersama-sama masuk ke dalam kemah. Pertemuan yang manis ini membuktikan hubungan mereka masih terus terjalin dengan baik.

Dengan terbuka Musa menceritakan penyertaan TUHAN pada saat dia menjalankan tugasnya. Bandingkan dengan Laban dan Yakub yang saling tertutup; Yakub pergi diam-diam. Respon dari Yitro pun baik: dia bukannya iri tapi bersukacita atas kesuksesan Musa. Musa sukses mengantar kira-kira tiga juta orang Israel merdeka dari Mesir, sedangkan Yitro tetap menjadi menjadi gembala dan imam di Midian. Tanpa landasan iman yang kokoh dan mementingkan rasa kekeluargaan, banyak orang saling iri melihat kesuksesan saudaranya sendiri.

Dukungan Yitro terhadap Musa terus berlanjut kendati hubungan bisnis mereka sudah lama berakhir. Dengan sukarela Yitro menjadi konsultan Musa yang disibukkan dalam urusan mengadili atau mengatur bangsa Israel. Yitro tidak gengsi untuk membantu Musa, menantunya sendiri.

Dari kisah-kisah di atas, kita dapat menarik pelajaran berharga dalam menjalin kerjasama bisnis antar anggota keluarga atau kerabat. Yang paling utama adalah kedua belah pihak menomorsatukan TUHAN dan memiliki iman yang kokoh. Kedua, masing-masing menempatkan rasa persaudaraan di atas masalah bisnis. Dengan demikian hubungan keluarga tetap harmonis dan kerjasama bisnis akan langgeng.

Sumber : Khotbah Pdt. Handoyo Santoso, D.Min.
15 January 2012 Keb.2
Disadur oleh :Yuyu

Comments