Pernah terlintas dalam pikiran saya niat untuk menghabisi nyawa mereka. Dengan pisau dapur ditangan, diam-diam saya hampiri orang tua yang sedang tertidur pulas. Namun niat itu tertahan karena hati kecil saya tidak tega. Saya hanya bisa menangis.
Berulang kali percobaan untuk bunuh diri saya lakukan namun semuanya gagal.
Mengampuni Papa dan Mama
Saya dilahirkan ditengah keluarga non-Kristen, sebagai anak ke 3 dari 8 bersaudara. Orangtua mengharapkan anak laki-laki, sehingga kehadiran saya menimbulkan rasa benci di hati mereka, terutama papa. Perlakuan dan perkataan kasar sering saya dapati dibandingkan terhadap kedua adik laki-laki saya.
Sewaktu duduk di kelas 3 SD saya pernah kabur dari rumah, tetapi tidak jauh. Papa marah sekali. Ditengah kerumunan orang di kampung papa menghukum saya untuk pulang kerumah dengan berjalan kaki. Beberapa orang tidak tega melihat saya dicaci maki dengan kasar. Seringkali hanya karena kesalahan kecil yang tidak saya sengaja menimbulkan amarah yang luar biasa pada diri mereka.
Pernah terlintas dalam pikiran saya niat untuk menghabisi nyawa mereka. Dengan pisau dapur ditangan, diam-diam saya hampiri orang tua yang sedang tertidur pulas. Namun niat itu tertahan karena hati kecil saya tidak tega. Saya hanya bisa menangis. Berulang kali percobaan untuk bunuh diri saya lakukan namun semuanya gagal. Sampai suatu hari tanpa disengaja saya menemukan video porno milik papa. Karena rasa ingin tahu, sayapun diam-diam memutar video tersebut dan akhirnya ketagihan sehingga setiap hari saya menonton video porno tanpa sepengetahuan papa. Hal ini terus mengikat semakin dalam lalu menjerumuskan saya pada keterikatan dosa.
Puji Tuhan, melalui seorang teman di
sekolah saya diajak ke gereja dan mengenal Tuhan Yesus. Disini saya
melihat bahwa lingkungan di gereja berbeda dengan apa yang saya rasakan
di rumah. Ada kasih, perhatian yang diberikan dan ternyata masih ada
orang-orang yang bisa menerima saya. Hanya saja saya belum bisa
mengampuni kedua orang tua meskipun kata mengampuni sering saya dengar
namun hal ini masih sulit saya lakukan.
Selepas SMA saya tinggal bersama dengan
paman dan bekerja di Jakarta. Secara tidak sengaja saya menemukan sebuah
tempat ibadah, lalu mendengar tentang HMC dan mengikutinya. Dari
sinilah awal pemulihan terjadi.
Di sesi "Hati Bapa", sewaktu
pembicaranya maju ke depan dan berkata, "Saya berada di depan mewakili
para papa dan mama, meminta maaf, karena selama ini papa jahat, sudah
melukai hati kalian …", hati saya hancur dan tidak henti-hentinya
menangis.
Kasih Tuhan Yesus besar atas hidup saya. Melewati sesi demi sesi saya mengalami lawatan Tuhan, pelepasan dari keterikatan dosa.
Setelah HMC hubungan saya dengan mama
mulai membaik. Saya bisa berkomunikasi dengan mama tanpa harus
bertengkar. Saya bersyukur atas semuanya. Pemulihan TUHAN yang saya
dapatkan di HMC mengubah hidup saya. Saat ini saya melayani sebagai
pengerja di GBI Cibitung. Sungguh Tuhan Yesus itu baik! Amin!
Sumber: Kesaksian Desi Lim/GBI Cibitung
diambil dari HMMINISTRY.com
Comments
Post a Comment